Sabtu, 14 April 2012

kera versus manusia,teori evolusi dalam pandangan al-qur'an (study tafsir tematik)


Pembahasan tentang ciptaan Allah baik yang ada dibumi maupun yang ada dliangit memang tidak da habisnya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sains  maka semakin berkembangpula informasi-informasi yang menyajikan fakta-fakta kejadian makhluk hidup ciptaan Tuhan yang luar biasa. Yang tidak kalah menarik adalah pembahasan tentang manusia yang ditasbihkan sebagai khalifah fi al ardh dan disebut-sebut sebagai ciptaan paling indah, sempuran,baik dan benar secara fitrahnya.[1] Dalam al-qur'an pun dijelaskan bagaimana tahap- tahap penciptaan manusia mulai dari awal diciptakannya nenek moyang manusia yakni nabi Adam  As yang tercipta dari tanah sampai proses alamiah yang terjadi pada anak cucu Adam as
            Sekurang-kurangnya terdapat 34 ayat dalam al-qur'an yang menceritakan proses kejadian manusia,[2] diantara ayat yang menunjukan proses alamiah penciptaan manusia adalah surat al-Mukminun 12-14

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

            Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari saripati tananh,lalu berubah menjadi air mani yang disimpan dalam rahim dan melalui tujuh tahapan prose sebelum akhirnya lahir kedunia dengan bentuk yang sempurna.proses kejadian manusia yang tercipta dari saripati tanah juga tertulis dalam surat as-Sajdah ayat 7
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”
            Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah adalah sebaik baik pencipta. Dan memang benar Allah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Akan tetapi bagaimana bisa tanah bisa berubah bentuk menjadi air mani sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Mukminun  ayat 12-14? padahal perubahan secara instan tanah menjadi air mani tentu sulit diterima oleh akal, lalu bagaimana itu bisa terjadi?
            Para peneliti mengemukakan, yang dimaksud penciptaan manusia terbuat dari tanah disini adalah komponen-komponen kimiawi yang terdapat dalam tubuh manusia juga terdapat dalam tanah. Dikutip oleh Umar Shihab dari karangan Ahman Von Denfer dalam bukunya ulumul qur'an: An Introduction to The Science of The Qur'an, setidaknya ada 16 unsur yang terdapat dalam tanah yang menjadi sumber kehidupan manusia, mulai dari Oksigen  hingga Magnesium. Sebaliknya apa yang ada dalam tubuh manusia juga memiliki unsur yang sama dengan apa yang ada dalam tanah. Bisa diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang menjadi saripati makanan manusia semuanya memang berasal dari tanah, maka tidak salah jika unsur dalam tanah memiliki kesamaan dengan apa yang ada dalam manusia. Mungkin inilah yang dimaksud dengan”msnusia diciptakan dari tanah”
            Manusia diciptakan dari saripati makanan adalah pengetahuan yang kita ambil dari pemahaman kita yang terdapat dalam al-qur'an. Namun berbeda lagi ketika kita menilik para ilmuan tentang bagimana asal usul manusia.
            Sains menganggap manusia beasal dari suatu makhluk yang digolongkan kedalam kelas mamalia, kemudian berkembang secara kronologis selama jutaan tahun lamanya sehingga menjadi makhluk yang tergolong orde primat. Dari orde ini manusia berevolusi menjadi Diyantropus, kemudian terjadi pembelokan garis kedalam keluarga (pongid) dan menjadi beberapa jenis kera, antara lain: gibbon, orang hutan, gorilla, dan champanze. Sedangkan satu arah lagi berevolusi menjadi homonid, seterusnya menjadi pithecanthropus homo spiens. Dari jenis ini terus berevolusi sampai sekarang ini yang terbagi menjadi empat ras terbesar dalam sejarah yang tersebar diseluruh penjuru dunia, yakni: mongoloid, kaukasoid, austroloid, dan negroid.[3]
            Menanggapi hasil temuan sains tersebut, tentunya menimbulkan kontrafersi dikalangan umat manusia, sebagian sepakat dan sebagian lagi menentang. Namun dikalangan pemikir-pemikir islam  yang mempertimbnagkan kajian-kajian keilmuannya dengan al-qur'an menentang adanya pernyataan tersebut. Namun sebagian lagi ada yang bersikap netral.
            Lamarck,Darwin, dan Willace merupakan tiga nama yang memperkenalkan teori evolusi ini sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Gagasan ini diperkuat dengan hasil temuan dibidang palenteologi, biologi umum,geologi,zoologi, anthropologi, botani, anatomi, astronomi, dan kimia. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Keith pada tahun 1915 yang menegaskan bahwa ciri-ciri manusia sama dengan ciri-ciri anatomi yang terdapat dalam kera besar.secara otomatis Kloatsch menyimpulkan bahwa manusia tidak langsung berasal dari kera primat (kera modern), tetapi berasal dari keturunan kera umum  yang  merupakan pendahulu-pendahulu kera modern dan manusia.Frans Dahler dan Julius Chandra dalam asa dan tujuan manusia (teori evolusi)menyatakan bahwa manusia yang ada sekarang ini berasal dari australopithecus lantas berkembang menjadi homo eractus dan berubah menjadi gromognon, yang akhirnya berevolusi menjadi manusia.[4]
            Sementara itu, para ulama' yang tidak sepakat dengan teori evolusi tersebut  berpendapat bahwa manusia adalah keturunan Adam as, Adam bukanlah hasil evolusi  dari makhluk sejenis kera dengan dalih bahwa dalam al-qur'an Allah memanggil Adam dengan huruf nida (ya Adam) serta menggunakan kata ganti tunggal (anta)  bukan jama'(antum)
            Muhammad Qutub saat menolak teori Darwin menegaskan bahwa manusia memiliki ciri khas psikologis yang sama sekali tidak dimiliki oleh kera. Ciri-ciri  tersebut adalah:1)kemampuan berpikir secara khusus dan umum, 2) kesatuan nisbi dari tindakan rasionalnya yang tidak dimiliki oleh hewan, yakni tindakan pemisahan antara akal dan kelakuan, 3) adanya kelompok-kelompok kesatuan: seperti suku bangsa, ras dan agama.
            Melihat dari pernyataan Muhammad Qutub, secara otomatis teori evolusi asal usul manusia yang berasal dari kera akan terbantahkan. Sebagaimana pendapat Ibnu Maskawih seorang ulama' yang hidup antara abad IV dan VH atau sekitar abad XII M, menyatakan bahwa proses tahap demi tahap dari tumbuhan sampai hewan yang paling mirip dengan manusia, seperti kera yang dilatih menirukan ulah manusia yang dilihatnya, keadaan serupa ini merupakan batas akhir dari alam hewani, maka apabila mendapatkan tambahan sedikit saja, dia akan keluar dari kehewanannya, dan memasuki alam kemanusiannya, misalnya dapat berbicara, memperoleh akal dan lain-lain. Akan tetapi sampai saat ini adakah kera yang dapat berbicara selayaknya manusia dan berpikir seperti manusia? Sedangkan manusia adalah manusia yang diberi oleh Allah kelebihan berupa akal, sedangkan hewan diciptakan tanpa subtansi intelegensi(akal), maka tidak mungkin kualitasnya menjadi naik sejajar dengan manuusia. Hal tersebut telah tertera jelas dalam al-qur'an surat al Isra ayat 70
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan [862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
            Dalam ayat diatas memang tidak menjelaskan bahwa hewan diciptakan oleh Allah tanpa akal, atau manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna karena keberadaan akalnya, aakan tetapi disana tertera lafadz min man, kata “man” biasa digunakan untuk menunjuk makhluk berakal, maka dari satu sisi kita dapat berkata bahwa”jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk berakal. maka tentu saja lebih-lebih pada makhluk yang tidak berakal”.[5]
Berbicara tentang akal maka kita memasuki pada pembahasan yang luar biasa yang bersanding dengan pembahasan otak. Memang beberapa penemuan menyatatakan ada kesamaan antara otak kera dan manusia, namun ada satu sisi yang membuat manusia mempunyai kelebihan dibanding dengan otak kera, yakni berupa memori. Didalam otak manusia terdapat sesuatu yang dinamakan memori yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
            Artikel-artikel ilmiah yang membahas tentang masalah ini menyatakan bahwa jika manusia hidup selama enam puluh tahun, ada beberapa gambar yang ia simpan dalam memorinya yang jumlahnya lebih dari enam puluh milliar informasi, jika ingin menyalin informasi-informasi ini dalam bentuk buku kita membutuhkan ribuan jilid. Semuanya itu tersimpan didalam otak yang tidak kita ketahui hingga sekarang tempat penyimpanannya dalam otak kita. Ada beberapa teori baru yang memperkirakan bahwa memori tidak memiliki tempat, tapi sebenarnya dia dia berkaitan dengan kehidupan jiwa. Sungguh informasi-informasi itu telah tersimpan dalam memori. Tanpa adanya memori manusia adalah makhluk yang tidak memiliki wujud  dan mustahil melakukan prose belajar mengajar.[6].
            Profesor Steinbuch, salah seorang pakar benda -benda kecilmenyimpulkan, ada kecenderungan penemuan didunia ini mengarah kebenda-benda yang makin kecil, beliau mencontohkan sebuah komputer yang komponennya terdiri dari dua sistem: satu sistem menangkap yang prinsipil dan satu satu sistem lain menangkap data. Yang mana pada awal ditemukannya komputer tentu tidak sepraktis saat ini. Prof Steinbuch  kemudian meneliti jika kita dizaman modern ini mau meniru otak manusia yang dengan segala fungsi dan kemampuannya untuk memproses sesuatu, prof Steinbuch menjadi pucat pasi, ternyata jika ada komputer yang mempunyai kemampuan seperti otak manusia, maka komputer itu akan sebesar bola dunia.[7]
            Selain akal yang mempunyai memori, satu hal pokok yang tidak dimiliki oleh hewan adalah hati. Disini hati bermakna fungsional sebgai pusat pemahaman  dan kontrol kerja mausia yang mengiringi akal
            Jantung adalah hati dimana disana terdapat pusat pemahaman manusia, salah seorang dosen king Abdul Aziz University mengungkapkan berita yang telah dimuat dikoran yang menyebutkan bahwa para ilmuan telah menemukan bahwa jantung bukan saja hanya berfungsi pemompa darah, tapi jantung juga merupakan pusat akal dan pemahaman, dan sebagian berpendapat bahwa jantung juga sebagai pusat akal dan kesabaran manusia.[8]
 Maka benar apa yang disabdakan nabi Muhammad saw:
الا وانّ في الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كلّه و اذا فسدت فسدت الجسد كلّه اّلاوهي القلب (متفق عليه)
 Ketahuilah bahwa dalam jasad terdapat segumpal darah,jika dia baik maka seluruh jasad akan baik. Jika dia rusak, seluruh jasad aka rusak. Ketahuilah, dia adalah jantung(hati)”
            Menimbang dua hal tersebut -akal dan hati-maka apabila “dipaksakan”manusia adalah hasil evolusi dari kera, maka pasti butuh sebuah proses yang luar biasa tentunya sebelum hal itu terjadi.
            Bagaimanapun,apabila dilihat dalam pandangan al-qur'an,teori evolusi manusia tidak bisa disepakati. Kita lihat lagi kisah dalam al-qur'an ketika Allah swt berkata kepada malaikat bahwa hendak mengutus makhluk kebumi untuk memeliara dan menduduki bumi, yang terdapat dalam surat al baqarah ayat 30

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
disana terjadi  “tarik ulur”antara Allah dan malaikat yang menyangsikan makhluk tersebut untuk memelihara bumi. Dalam pengertiannya, kalimat memelihara tentunya bukan kalimat sederhana, disana ada amanah yang ditanggung oleh makhluk tersebut dan tentunya tidak mudah. Untuk menjadi khalifah fi al ardh membutuhkan sebuah kebijaksaan dalam melaksanakan amanah yang telah dilimpahkanya. Dalam hal ini secara rasional pastilah membutuhkan akal, pikiran, dan tenaga serta pengorbanan. Dengan ciri-ciri tersebut tentulah manusia yang dimaksud yang menanggung amanah-amanah itu. Dan dalam pembahasan amanah prof Dr Quraish shihab  menjelaskan dalam tafsirnya al-Misbah dalam surat al Mukminun ayat 8



“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (al mukminun 8)”s
            Amanat yang berada dalam pundak manusia mencakup empat aspek. Pertama: antara manusia dan Allah, seperti ibadah dan nadzar. Kedua:antara seorang dan orang lain, seperti menjaga hak antar sesama manusia. Ketiga:seorang dengan lingkungan, antara lain menyangkut pemeliharaanya agar dapat dinikmati oeleh generasi mendatang. Amant ketiga inilah yang berhubngan dengan khalifah fi al ardh sebagai pemelihara dan hamba yang memelihara alam. Dan keempat: adalah amanat dan dirinya sendiri.[9]
            Melihat penafsiran diatasdapat disimpulkan bahwa manusia mempunyai kewajiban beribadah kepada Allah, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak karena dalam  surat ad Dzariat ayat56 juga menjelaskan yang betugas menyembah kepada Allah swt adalah jin dan manusia dan tidak mencantumkan penyebutan hewan sekalipun mirip dengan manusia.:


“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “
            Apabila pada awal kejadiannya manusia adalah kera berarti pada asalnya manusia tidak mempunyai kewajiban untuk beribadah atau empat amanh yang telah disebutkan diatas, jika demikian, lalu sejak kapan manusia mempunyai kewajiban beibadah kepada Tuhannya dan menyandang sebagai”pemelihara bumi?” melalui prose alamiah bagaimanakah kera bisa melalui fase-fase yang awalnya tidak memiliki akal, memori yang sempurna itu bisa menjadi  manusia yang jenius dan ahli dalam berbagai ilmu serta penalaran? Atau bagaimana bisa hewan yang hanya bisa bersuara “khas” itu pada perkembangannya dapat berbicara dan bahkan bernyanyi dengan suara merdu?kemudian pada akhirnya “kera-kera”itu menjadi penguasa bumi penahkluk alam dan mampu menerima amanah-amanah serta menjadi “hamba-hamba” yang taat serta patuh terhadap perintah tuhannya.padahal dalam al-qur'an penyebutan hewan -terutama kera- adalah sebuah kisah kaum yang tidak sanggup menjalankan perintah Allah.
            Dalam al-qur'an ada tiga surat yang mnyebutkan tentang hewan kera, yakni pada surat al-Baqarah ayat65, al-Maidah ayat60, dan surat al-A'raf ayat 166



“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera  yang hina".


Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi [424] dan (orang yang) menyembah thaghut ?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.”

“maka setelah mereka bersikap sombong  terhadapsegala apa yang dilarang . kami katakan kepada mereka “jadilah kamu kera yang hina”
            Ketiga ayat tersebut bercerita tentang masyarakat yahudi (umat nabi Musa as)yang berdomisili dikota Eilah (Aykah). Eilah yang berarti rumah Allah merupakan sutu kota yang berada disekitar baitul maqdis, palestina. Para penduduknya adalah para pembangkang yang tidak patuh terhadap ajaran nabi Musa yakni ketentuan tidak boleh bekerja dihari sabtu karena dianggap sebagai hari mulia bagi umat yahudi sebagaimana keutamaan hari jum'at bagi umat islam.ketidak taatan mereka menyebabkan mereka dijadikan oleh Allah berubah wujud menjadi kera. Penduduk Eilah yang umumnya berprofesi sebagai nelayan tergiur dengan tangkapan ikan yang melimpah ruah di hari sabtu.mereka berbondong -bondong menuju laut untuk berlayar mencari ikan,padahal hari sabtu mereka dilarang untuk mencari mata pencaharian  dan diperintahkan untuk banyak bersembahyang. Seperti yang tertera pada surat al-A’raf ayat 163
وسئلهم  عن القرية التّي  كانت حاضرة البحر اذ يعدون فى لسبت اذ تاّتيهم حيتانهم يوم سبتهم شرّعا ويوم لايسبتون لا تاّتيهم  كذالك نيلوهم بما كانو يفسقون (163)
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negri yang terletak didekat lautketika mereka langgar aturan pada hari sabtu, yaitu ketika datang kepada mereka ikan-ikan yang berada disekitar mereka terapung-apung dipermukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan sabtu ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasiq”
 Akan tetapi sebagian ahli tafsir memandang bahwa hal ini sebagai suatu perumpamaan, artinya hati mereka menyerupai hati kera, karena sama-sama tidak menerima nasehat dan peringatan. Tetapi menurut jumhur ahli tafsir mereka benar-benar menjadi kera, hanya saja mereka tidak beranak, tidak makan dan minum, dan hidup tidak lebih dari tiga hari.[10]
            Denagan melihat kisah diatas, hewan -khususnya kera- adalah sebuah simbol pembangkangan terhadap perintah Allah. Lalu bagaimana mungkin dia mampu menjadi khalifah fi al ardh yang berperan sebagai penentu baik dan buruknya dunia?






[1] Umar Shihab,Kontekstual al-qur’an,PENAMADANI,2004.Hal 108
[2] Ibid hal 104
[3]  Ibid hal 103
[4] Ibid 120
[5] Quraish Sihab,tafsir Al-Misbah,Lentera, vol 8.hal 151
[6] Masruro Irham,dkk,Kemukjizatan Ilmiah dalam al-Qur’an dan Sunnah edisi Indonesia,v0l 2. hal2
[7] A Makmur Makka, Habibi:Kecil Otak Semua, Edelwes.cet 1 ,2011, hal 131
[8] Ibid hal 74
[9] Quraish Sihab,tafsir Al-Misbah,Lentera, vol 8.hal 151
[10] M Ishom El Saha, Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an,PT LISTAFARISKA PUTRA,hal 360-361

Sabtu, 24 Maret 2012

filsafat "es batu dan Gula manis"

FILSAFAT ES BATU DAN GULA MANIS
          Dimana semua orang tahu, setiap minuman selain air putih pasti tidak meninggalkan satu komposisi paling penting, bahkan bisa dinamakan komposisi tersebut adalah pokok utama bahan minuman yang tidak mungkin untuk untuk dinafikan, ya dia adalah gula manis. Kopi tanpa gula? Pahit!, The tanpa gula? Sepet!, susu tanpa gula? Gurih!, dan silahkan sebutkan saja setiap minuman yang ada didunia baik yang bermerk nasional atau internasional, yang tradisisonal atau yang modern, pasti semuanya tidak akan meninggalkan yang satu itu, gula. Sekali lagi gula!
          Lalu bagimana jika berbagai minuman manis dan lezat tersebut diberi es batu/ es balok? Hmmm…….pasti suegerr! Tapi selain kesegaran yang kita rasakan karena sentuhan dingin sebuah es yang telah membasahi kerongkongan kita, apakah anda tidak merasakan sesuatu? Sesuatu yang ganjil dari es batu. Ternyata  es ketika sudah masuk dalam segelas juce jambu manis,dengan egois, “ es” minta diletakkan didepan dalam penyebutan komposisi minuman tersebut,jadilah dia “es juce jambu manis”. Tidak berhenti pada juce jambu manis, teh manis, syirup jeruk dan lain- lain, ketika “es” sudah nimbrung jadi satu dalam wadah, maka dengan semena- mena dia merubah posisinya-yang  asalnya es dimasukkan terakhir setelah gula manis- tapi dalm kenyataannya “es”lah yqang selalu disebut pertama kali, es the manis, es syirup jeruk, dan lain sebagainnya. Lho kok gula tidak disebut sih,lalu dimana gulanya?gula tidak pernah ikut disebutkan dalam setiap menu apapun, apakah anda pernah mendengar orang berkata “mas, beli jucejeruk gula manis”  cobalah berkata demikian, mungkin si penjual akan berkata “emang gue jual syirup juce garam asin apa? Ya pastilah juce manis!” padhal mari kita pikir apa jadinya jika kalo minuman juce alpukat tanpa gula? Sedangkan es hanya sebagai pelengkap, padahal sebenarnya andai the tanpa es juga tidak jadi masalah bukan? Bukankah the tanpa es,juga tidak merubah cita rasa the tersebut? Tapi seperti tiulah gula, selalu ihklas memberi tanpa minta imbalan apapun, bahkan sedikitpun tidak menampakkanpamrih, apalagi protes pada “es” agar dirinyalah yang mendapat kedudukan penting dalam suatu munuman
         
Terkadang tanpa kita sadari, ternyata begitulah sebagian watak manusia, ketika terjadi ketimpangan falam siatu organisasi atau negara misalnya, sebagian orang acuh tak acuh pada masalah tersebut, negri terjajah dia sembunyi di balik kolong tempat tidur,  membiarkan yang lain menderita, terlunta lunta bahkanmeregang nyawa, tapi ketika telah merdeka, dia keluar rumah, beraktifitas dengan menggebu- nggebu berjuang menaikkan taraf  SDMnya,  setelah jaya dan mendapat “pangkat” dia mengisi kemerdekaan dengan berbagai warna, mengatur negara sedemikian rupa, sehingga sehingga tampaklah kemegahan sebuah kebebasan, bersinar- sinar bercahaya. Maka timbul ge-er dalam dirinya bahwa dia lah yang berhak mendapat penghargaan karena telah mampu menciptakan  sebuah negri yang hebat! Dia ingin selalu dinomor satukan,  selalu ingin dikedepankan, melupakanpara pejuang, menyisihkan para ulama’,  padahal dia lupa, andai negri belum merdeka, dapatkah dia berani dengan gagah berjalan diatas tanah negrinya? Hanya karena sedikit perjuangannya saja,  dia sudah merasa layak untuk dinomorsatukan, padahal sadarkah dia? Dia hanyalah pengisi kemerdekaan, sama seperti es yang posisinya  hanya penambah nikmat sebuah minuman ketika dinginnya membasahi kerongkongan.
          Maka tinggalah pilihan ditangan kita, menjadi gula  yang ikhlas tanpa pamrih, ataukah” es” yang segar yang melupakan gula yang selalu ingin ingin disebut diawal merk minuman? Jika yang kedua yang anda pilih, mka sekali lagi saya akan bertanya, apa jadinya kalo “es Dawet” tanpa gula?














Membunyikan Al-Qur’an sebelum atau setelah membumikan Al-Qur’an?
اللهم اجعل القران لنا قي الدنيا قرينا و في القبرمونسا و في القيمة شفيعا وعلي الصراط نورا وفي الجنة رفيقا ومن النار سترا و حجابا                              
          Hampir 15 abad sudah, Al-Qur’an diturunkan di bumi melalui malaikat Jibril pada rasulullah sebagai multifungsi bagi kehidupan manusia, bahkan, sebagai amanat yang berat hingga gunung yang begitu besar  dan perkasa tak sanggup menerima. Alih-alih manusia yang berakal sanggup mengemban, Al-Qur’an terpoligami juga.
          Teramat jauhkah sudah jaraknya? Sehingga mereka menganggap Al-Qur’an tak sakral lagi, bacaannya pun mulai beralih, bahkan, hampir tak terdengar. Parahnya  lagi, banyak yang tidak bisa membedakan antara Al-Qur’an dan koran ketika sama-sama dibaca dengan menggunakan tartil.
          Sudah selayaknya kini umat islam kembali mencari kebenaran Al-Qur’an sesuai dengan ketika pertama kali diturunkan. Permasalahannya, siapakah yang mendengar bacaan malaikat Jibril selain nabi Muhammad SAW. sedangkan para sahabatpun  memiliki bacaan dan Mushaf yang berbeda(sebelum adannya mushaf Utsmani) pada zaman rasulullah, apalagi masa sekarang, sudah banyak sekali metode-metode pembelajaran Al-Qur’an yang bermacam-macam yang intinya juga mencari kesesuaian dengan bacaan nabi. Namun bukanlah metode permasalahannya, apapun metodenya yang penting adalah Al-Qur’an bacaannya. Dan apakah bacaan Al-Qur’an kita sudah sesuai dengan standart dalam suatu metode tertentu atau tidak? Yang menyedihkan lagi adalah keyika sudah banyak metode –metode digelar, namun tak sedikitpun hatinya tergerak  untuk sekedar melantunkan satu ayat saja dari Al-Qur’an. Waktunya habis dengan kesibukan yang lain, lebih banyak membaca dan bermain situs dalam dunia maya dari pada sekedar menyentuh mushaf. Inilah yang disebut dengan AL-QUR’AN sudah di POLIGAMI.

          Al-Qur’an memang sudah turun dibumi, Abi Quraish Shihab –pun juga sudah mengatakannya dalam bukunya “membumukan Al-Qur’an” namun- apalah artinya membumikan tanpa membunyikan dan menyuarakannya. Padahal Al-Qur’an diturunkan  bukan untuk di simpan, dipakai hiasan dan di pakai sebagai MAS KAWIN akan tetapi  perlu dan butruh untuk DIBACA serta DIAMALKAN sehingga Al-Qur’an bisa di bumikan.
          Al-Qur’an merupakan obat penenang hati, sumber rizki, referensi, teman akrab di dunia, penenang dalam alam kubur, syafaat pada hari qiayamat, cahaya di siratal mustaqim, teman di surga dan sebagai benteng dari api neraka. Lalu bagaimana  bisa menjadi teman di surga jikalau di dunia tidak pernah  dan belum sempat mengenal. Lebih menyedihkan lagi ketika kita menemukan seorang santri yang tidak punya Al-Qur’an pribadi, lantas dengan apa dia mengaji? Berapa ayat tiap hari yang ia baca?atau tak sempat sama sekali? Bukan bermaksud menggurui, namun bukankah AlQur’an memang penting UNTUK DIBACA.
          Meski tulisan ini tak sebanding dengan tulisan yang berada dalam buku “membumikan Al-Qur’an” namun cukuplah sebagai apresiasi atas kondisi krisisnya lantunan Al-Qur’an. Betapa terharunya ketika mendengar suara yang menyerupai lebah  yang ternyata itu adalah bacaan Al-Qur’an, apalagi ketika itu terjadi  di INKAFA sehingga tertulis dalam ungkapan “pesarehan pindah di kampus”  sebagaimana yang terjadi fakultas USHULUDDIN beberapa waktu yang lalu sehingga bisa menjadi suatu kebanggaan.  Sekali lagi bukan metode apa yang di pakai namun apa yang dibaca. Yang terakhir tulisan ini bertujuan untuk bersama-sama untuk berupaya  dalam usaha membunyikan Al-Qur’an di Bumi dan MEMBUMIkanya dengan mengamalkannya.