Rabu, 08 Februari 2012

madu

cerpen

Madu Tak Selalu Manis

Siapalah aku ini, tak pantaslah rasanya jika sekarang aku harus berada di sini, bersama syahdunya lantunan syair-syair cinta Arab, bersama diantara ramainya para undangan dan orang-orang yang sekedar menikmati lantunan group javin Latansa, bersama terangnya dan gemerlap lampu di tenda biru, bersama gerimis tipis dan hembusan angin malam. Dan… bersama dengannya duduk bersanding di pelaminan.

Dia, benar-benar istimewa bagiku. Aku mencintainya jauh sebelum dia mengatakan cinta padaku sebulan yang lalu. Tanpa sedikitpun dia tahu. Karena ku pikir tahupun dia dengan cintaku, takkan meluluhkan hatinya yang terkenal tangguh. Bersaing dengan para wanita lain, kurasa diriku tak mampu. Tapi begitulah jodoh.

“ Kamu tahu langit? Dan kamu tahu siapa yang disebut-sebut selalu dalam Al-Qur’an sebagai pasangannya? Bumi!! Padahal kamu tahu, masih banyak planet-planet yang lebih indah di banding dengan bumi, dan apa kamu bisa menghitung berapa jauh jarak antara bumi dan langit. Pikirkanlah”.

Itulah sepengal kalimat yang dia lontarkan padaku ketika ku katakana bahwa, aku bukanlah orang yang pantas menjadi pendamping, perawat pribadi dan permaisuri bagi dirinnya.

Aku hannyalah bagian dari serpihan kerajaan yang runtuh, dan dia adalah putra mahkota dari kerajaan dimasa dan zaman ini. Ah… aku hiperbol mungkin, tapi begitulah cinta., membuatku apayang ada pada dirinnya jadi mutira dan diriku hannyalah kerikil di pinggir jalan yang akan disingkirkan orang jika berani-berani menempatkan diri di tengah jalan dan akan dibuang begitu saja. Meski, demikian, aku juga kadang dimanfaatkan orang sebagai penguat bahan bangunan. Irupun jika aku bernasib beruntung disbanding dengan kerikil yang lebih besar dan kuat.

****

Aku masih belum bisa percaya, kini aku brada dalam satu ruangan dengan mas Afif yang kini telah resmi menjadi suamiku. Aku termenung diatas rajang menunggunya keluar dari kamar mandi. Sesaat dia keluar dan mangambik tempat disampingku. Seutas senyum indah terlukis dibibirnya unrukku.

“ Kalo capek tidur aja dulu” aku hannya membalasnya dengan senyuman pula. Sesaat suasana hening. Sepertinya dia paham, aku belum terbiasa dengan suasana seperti ini. Dia bangkit dari duduknya dan menuju pintu keluar. Aku merasa serba salah dan sedikit panic. Sebenarnya aku juga mau kok ngobrol-ngonrol. Tapi aku gak yahu bagaimana mengawalinya.

“ Mas..” dengan canggung akhirnya keluar juga suaraku. Perasaanku sedikit lega. Dia membalikkan badan.

“Ya.. kau butuh sesuatu.” dia nalik tannya. Aku masih sedikit gugup. Mas Afif diam dan menungguku

“Emmm… saya ingin bicara sesuatu.” Kembali aku bernafas lega. Pelan-pelan dia kembali duduk diatas ranjang. Dia berisyarat mempersilahkan untuk bisara

“Apa mas gak pingin kawin lagi?.” Dia terlihat terkejut “aku tahu banyak sekaliwanita yang ingin dan memimpikan hidup bersama mas.” Akku mulai berbicara itu lagi. Mas Afif membuang mukanya seperti sudah bosanmendengarnya. “ dan tentnuny aku jug thu bagaimana perasaan mereka ketika harus mengetahui dn menjalani taqdir untuk patah hati dan….” Kalimatku terhenti. Telunjuk kanan ma Afif menempel dibibirku.

“Dek, kalimat itu memang baik diucapkan oleh seorang istri. Tapi kurasa itu tidak perlu kau ucapkan padaku karena mungkin tidak akan berguna bagiku. Sudahlah sebaiknya kamu istirahat saja dulu yah.” Dia hamper bangkit dari duduknya sebelum kucegah dan dngan halus ku tarik lengan kanannya.

“Kumohon dengarkan perkataanku malam ini.” Dengan sedikit ragu akhirnya diapun duduk kembali. Kurasakan aroma melati yang segar meletup menusuk hidungku. Mas Afif mengangguk pasrah.

“Aku tak tahu bagaimana carannya aku bicara. Tapi aku harus rerap bicara. Aku tahu, aku punya banyak sekali kekurangan dan akupun tahu bannyak sekali wanita yng mungkin mas gak pernah mau tahu dan mereka lebih pantas bersamamu. Akku hannya tidak ingin didustai. Jika memang benar terjadi suatu hari nanti, mas harus memilih kembali untuk yang kedua, aku mohon jangan membohongi aku dengan menyembunyikannya dariku. Tapi mungkin aku akan mengajukan beberapa permintaan.” Aku melihat mas Afif tertawa dengan nada mengejek.

“Sudah ngomongnya?” dia kembali tersenyum. “sepertinya kamu sudah benar-benar cuapek malam ini.”

“Sebentar satu lagi” dia mengangkat kedua alisnya seakan menantangku. “kenapa mas memilih aku.”

“Ha…ha…” spontan tawanya kembali keluar. Nyaliku ciut. “kenapa sih dek, soal itu masih ditanyakan.

“Kenapa mas mencintaiku?.” Aku yakin sekali pertannyaanku kali ini adalah jawaban yang mungkin keluar dari pertannyaanku yang sebelumnya. Mas Afif mengeryitkan dahi dan terlihat srius. Sesaat suasana hening. Tiba-tiba aku terkejut dengan apa yang dilakukannya. Dia menatapku tajam dan mendekatkan wajahnya tepat didepan wajahku.

“Aku tidak bisa menjawabnya,” suarannya pelan dan lembut. “yang aku tahu, aku mencintaimu tanpa alas an atau sebab. Karena jika aku mencintaimu karena suatu alasan atau sebab maka cintaku akan hilang bersama hilangnya sebab. Jadi aku mencintaimu karena perasaan ini datangnya dari Allah. Dan cintaku akan hilang jika Allah telah mencabut nugrahnya dari kita dan yang ini semoga tidak akan pernah terjadi pada kita.” Senyuman indah mengakhiri kalimatnya.

***

Lebih dari empat pergantian musim mengiringi dan menyertai perjalanan kami. Semua berjalan dengan baik dan wajar. Wajar bila suami istri saling mencintai, wajar pula bila suatu ketika terjadi perselisihan. Mas Afif orangnya humoris tapi tegas. Sebagai seorang istri akupun mulai memahami watak dan perilakunya. Dan sebagai seorang istri aku tidak mungkin menceritakan kejelekannya. Yang pasti aku lebih banyk kekurangan. Itu yang kurasakan sejak awal. Meski begitu mas Afif akan mengatakan “kita adalah pasangan yang serasi.” Memang tidak ada kalimat yang lebih indah selain kata aku dan kamu berubah dan menyatu menjadi “kita”.

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Apa yang kita nantikan tak kunjung dating. Mas Afif memintaku untuk mengurangi jadwal yang mungkin dinggapnya terlalu padat dan menganggap salah satu penyebab mengapa kami belum juga punya momongan. Akupun mencoba mengatur kegiatan. Biasanya aku harus berangkat pagi menuju gedung Instalasi pendidikan hingga pukul dua belas siang. Kemudian menuju butik yang sudah mengahasilkan sekitar empat buah cabang. Dan akan kembali pulang sekitar jam lima sore. Sedangkan mas Afif begitu pula. Dia harus kekampus selama satu minggu penuh dan pulang malam dan setelah itu “cuapek deh” akhirnya kita jarang bertemu.

Aku semakin terpojok ketika sanak kerabat dan temn-teman menanyakan keadaan kami ataupun hanya sekedar menggoda.

“Wah,awet banget yah,kok belum punya anak.”

Awalnya aku tidak mempermaslahkan semua itu. Tapi dengan seiring bergulirnya waktu, sebagai wanita lengkap sudah rasa ketidak pedeanku. Hingga pada malam itu kembali meski dengan hati yang sedikit berat kuucapkan tawaranku seperti apa yang pernah kukatakan sekitar dua tahun yang lalu. Perbincangn kami sempat memuncak meski pada kahirnya mas Afifd seperti biasa akan sanggup merekannya kembali.

“ Aku tidak pernah mempermaslahkan soal anak. Toh kita juga masih muda, ya sudahlah santai saja. Lagian kita nikah juga baru kemarin. Padahal ada juga mereka yang sepuluh tahun baru punya anak atau bahkan…”

“Apa mas mau menunggu sepuluh tahun baru punnya anak?” aku memotong kalimatnya yang belum selesai. Kmi terdiam sesaat. “iya, itukan menurut mas. Tapi bagaimana pndapat orangn disekitar kita. Mungkin saja Umi sebenarnya juga mendambakan cucu dari mas.”

“Tapi umi gak pernah juga membahas ke kamu soal itu.”

“Kita juga gak tahu. Mungkin saja gak bilang lanngsung ke kita.”

“Sudahlah jangn su’udzon dulu, lagian kamu gak usalah memperdulikan orang. Biarkn saja mereka bicara apa, yang penting aku… ngapain mendengarkan orang.”

“Ya gak bisalah mas.”

“Lha kenapa gak.”

“Yak arena mas anak laki-lakki satu-satunya dirumah ini.” Selain dikmu yng yang semoga dia husnul khotimah.

“ Trus kenapa? Kan sudah ada Vivi anaknya Zahra. Diakan cucu umi juga. Sebentar lagi Ita juga punya anak. Ya sudah tambah lagikan cucunya. Gak usah nunggu kita.”

“ Iya, tapi dari maskan belum” mas Afif bngkit dari duduknya.

“….trus kamu maunya gimana?.” Meski dengan lembut, tampak sekali kekesalannya padaku. Aku ikut bangkit dihadapannya.

“Sehrusnya umi punya menantu merempuan lagi selain aku.” Mas Afif diam menetapku tak bergeming. Entah apa yang dipilirkanny aku juga tak tahu. “Mas pahamkan maksudku?.”

“Kamu masih saja suka bermain-main dengan perasanmu.”

“Itulah sebabnya mengapa aku tahu bagaimana perasaan wanita pada umumnya.”

“Hah, kamu jangan sok tahu dek, apa kamu piker semua wanita sepertimu.”

“ Ya jelas tidak. Makanya mas pilih lagi yng beda denganku.”

“Kamu ini makin ngelantur saja..” wajah mas Afif memerah.

“Upst,” kali ini aku sudah salah diksi “maksudku…” aku panic ketika mas Afif keluar dengan langkahnya yang cepat meninggalkanku. Seketika itu juga aku mengejarnya. Kudapati dia dimeja dapur sedang mengambol aair dari dispenser dan seketik dihabiskannya air dalam gelas ukuran besar. Aku terkejut melihatnya. Mas Afif benar-benar marah. Dia mencoba meredam kekeslanya dengan menghindariku. Mas Afif mngisi kembali gelasnya yang sudah benar-benar kosong. Pelan-pelan kudekati dia dari belakang. Kupeluk dan kusandarkan kepalaku dipunggungnya. Kurasakan detak jantungnya yang naik turun dan kencang. Dia kembali meneguk air minum tanpa menghiraukanku tapi sudah dengan cara yang bebeda.

“Mas, langit telah menaungi bumi setiap sat tanpa jenuh.” Aku diam dan menikmati kekesalannya. Mas Afifpun maasih diam. “Bahkan langit memberikan sinar matahari untuk menghangatkan bumi.” Aku kembali melirik wajahny. Pelan-pelan mas Afif menaruh gelas mencoba menebak apalagi yang aku katakana padanya. “tapi, ingatlah mas, masih ada planet –planet lain yang juga membutuhkaan sinar matahari. Bahkan, langitpun memberikan dirinya untuk menaungi.”

Mtaku mulai panas sekaligus hatiku geli. Dia pasti tertawa jika tahu darimana aku mendapatkan kalimat itu. Sangat kontraversi sekali dengan keadaan yang sebenarnya. Dan biasanya mas Afif akan mengacak –acak kepal bahkan tatanan jilbabku. Itu hanya dilakukanya padakku. Yah hanya padaku.

Mas Afif membalikkan tubuhnya dan membalas peliukanku. Air mataku sudh membasahi kaos yang dia pakai.

“Subhnnallah…” desisnya pelan. Matanya terpejam dan kepalanya mendongak keatas. “aku tak habis pikir dengan ide gilamu.” Mas Afif menganngakat daguku dan menatap wajahku. “Baiklah, kau pilihkan satu lagi untukku.” Tanpa senyuman dia mencoba mencari sesuatu dimataku. Kebenaran htiku, keikhlasanku ah, yang pasti keruntuhn hatiku dan remuknya juga. Aku hanny tesenyum dn mengguk.

***

Hari itu terjadi juga. Kupilikan untuk mas Afif seorang yang kuanggap sebagai bintang yang lebih pntas bersanding dengan langit. Aku tahu di juga mencinti mas Afif sejak dulu. Aura istri kedua mas Afif yng kuanggap bukan bintang biasa. Dia adalah rembulan yang terng benderang bukn hannya wajahnya bahkan otaknya jug. Dia lebih tua dariku. Dia bias meringankan beban mas Afif dan keluarga yang memang membutuhkan seseorang yang seperti dia.

Aku semakin terpuruk ketika tau dalam jangka kurang dari tig bulan dia berhasil hamil. Jelas sudah permasalahan ada padaku bukan mas Afif. Berbagai rayuan dan bujukan bahkan kata-kata indah mas Afif tak mmpu menghibur hatiku. Meski dilur aku tampak biasa bahkan aku bias berbuat lebih dari sekedr yang orang lain pikirkan. Berikutnya jika aku sudah tak sanggup, aku akan menghindar dari kumpulan ornag-orang tanpa satupun dari mereka yng tahu. Kecuali mas Afif. Dia selalu tahu.

Tepat setelah sembilan bulan bayinya lahir. Perempuan. Afira namanya. Gabungan dari dua nama yang kuanggap tidak kreatif. Kembali aku harus thu diri. Dia lebih bnyak membutuhkan perhatian berlipat-lipat hususnya dari ibu mertua. Aku memintah pisah rumah. Tak ayal usulku membuat mas Afif kehilangan akal. Bukn cinta namanya jika keinginanaku tak dipenuhi. Satu buah rumah minimalis berhasil kudapat dari hasil kantongku sendiri. Krena, walau bgaimanapun mas Afif memint untuk menanggunng pembiayaan, aku berhasil menolaknya.

Secara dhohir mas Afif termasuk orang yang adil. Di akan mengunjungiku pada waktunya. Entah diadalamny. Buktinya, dia sering mencuri waktu untuk lebih sering dating kerumah bukan pada giliranku. Padahal, hampir setiap hari juga aku mengunjungi mereka. Meskipun sesunguhnya waktu pertemuan kami semakin terkurangi. Sejak itu, aku kembali menekuni butik-butik yang sempat sedikit terabaikan. Hingga suatu pgi ku sempatkan berkunjung kerumah setelah hampir dua minggu aku tak pernah mampir.

Kudapati suasana sepi setelah kumasuki rumah mlaui pintu belkng. Kutemukan mas Afif duduk diruang santai stelah kutelusuri hampir seisi ruangan. Belum sempat kuucapkan salam ms Afif sudah menangkap tubuhku didepan pintu. Seketika dia berdiri dan menatpku.

“Waduh sudah jadi wanita karir lupa deh sama suami. Gak ngerasa sudh bikin orang rindu setengah mati.”

Aku berjalan kearahny dan menggapai tangan sert mencium punggung dan telapaknya.

“Sepertinya Bumi sudah tak butuh lagi dengan langit untuk menaungi karena sudah banyak bangunan dan gedung yang tinggi ncukup untuk menghindari panas matahari.”

“Kenapa mas? Langitkan punya mentari yang selalu mengiringi dan masih punya bulan juga bintang yang bselalu menemani kalau langit sudah gelap.” Aku mulai lagi majas-majas yang sering mebuatnya kesal Sambil hendak meninggalkanya. Namun mas Afif masih enggan melepaskan genggamannya.

“bagaimana kalo langit sedang mendung” mas Afif mulai mengajak beradu. Dia menatapku nakal. “matahari,bulan dan bintang takkkan bergunakan?”

“Wah!.tambah bagusitu mas, biasanya setelah hujan langit akan tampak lebih terang.” Aku menjawab sekenannya.

“Tapi semuanya tak bisa mencegah jatuhnya air kebumi.”

“Apalagi bumi,dia hannya bisa menadah jatuhnya air dari langit tanpa bisa menghiburnya, sedangkan bulan dia menjadikan langit tanpak indah. Taburan bintang menjadikan makhluk bumi tak jemu-jemu menatap indahnya langit.”

“Mas Afif mendekatkan wajahnya hampir kurang dari satu centi meter didepan hidunngku.

“Tapi Rasulullah kekasih ALLAH tidak diturunkan di Bulan.” Hembusan aroma mint menerpa hidunngku. “kamu dengar wahai Bumi...? Nabi Muhammad adalah penduduk bumi dan beliaua hannya haannya berkunjung ke langit bukan ke Venus,Yupiter apalagi Pluto. Dia ...Di...BUMI.” dia masih menatap mataku. Aku kehilangan kata-kata kalah sepuluh kosong.

Kutarik lengan dan tubuhku ketika tahu ada seseorang wanita diujung sebrang kursi. Ku tak thu berapa lama sudah beliau disana. Ternyata aku tidak melihat ibu mertuaku yang juga duduk disana ketika aku pertama kali masuk. Mataku mengerjap-ngerjap malu.

“Aura sama Afira mana mas?.” Tanyaku sambil mencoba rileks.

“Pulang kemarin dijemput neneknya.” Mas Afif tersenyum penuh kemenangan.

***

Malam itu kembali aku mengunjungi Afira. Seperti biasa melalui pintu belakang langsung saja aku menuju kamar. Samar-samar aku mendengar suara. Tak enak rasanya jika aku langsung nyelonong. Dengan hati-hati kudekati pintu yang terbuka tapi tetap tertutup dengan gorden biru pink.

“ Mas, apakah mas mencintaiku sepenuh hati?.” Aku lebih mendekatkan tubuhku tepat didepan kain yang menjadi penghalang.

“Kenapa nggak?”

“Apa mas menikahikudengan terpaksa? Kalo Afwa gak nyuruh kawin lagi, apa mas nggak mau nikahi aku?.”

“Kamu ngomong apa sih?.”

“Sudah mas jawab aja.” Siempunya suara berkata dengan manja.

“Enggak juga, disuruh atau tidak, aku tetap mengawinimu.”

“Besar mana cinta mas padaku dibanding dengan Afwa?”

“Sama,mas nggak bedakan antara kalian berdua. Mas cinta sama Awfa juga sama kamu. Kenapa kamu nannya itu segala? Kalian berdua ibarat tangan kanan dan tangan kiri. Keduannya sama-sama mas butuhkan.”

“Nggak ada yang lebih?.”

“Nggak, tapi mas sanngat cinta sekali sama Afira. Terimah kasih ya sayang, kamu telah menjadikan aku sebagai seorang ayah.”

“Mas...”

“Ehm..”

“Aku mencintaimu...sangat..”

“Apa kamu pikir aku tidak?.”

“Katakan dong mas...”

“Aku mencintaimu dek Aura.”

Aku bukan Aisyah dalam tokoh AAC, juga bukan bunda Aiyah istri Rasulullah.aku manusia biasa, teramat biasa. Biasa sekali. Wajarkan jika perasaanku merajai akalku dan nafsuku. Aku menjahui pintu kamar menuju ruang tamu yang tengah gelap. Tumpah sudah air mataku. Tak mampu kutahan suara sesak dikerongkonganku hingga menimbulkan bunyi yang semakin membuatku sakit. Kubaca takbir bewrkali-kali dengan harapan meredahnya tangisku. Hinggah beberapa lam kepalaku mulai pusing. Memang ketika menangis aku selalu begitu.

Aku mulai mengurangu frekuensi nada tangisku dan mulai memijat kepalaku serta menghapus air mata. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan mendarat diatas kepalaku. Aku tahu dia pasti datang. Tapi jangan secepat ini. Aku bvelum puas menangis. Dia duduk disampingku. Menarik dengan lembut kepalaku dan disandarkan didadanya. Alasan apa yang membuatnya keluar hingga menemuikanku disisni. Mengapa dia seakan bisa merasakan kehadiranku.

“Kenapa, cemburu.....?” selalu itu yang ia katakan padaku kareana pasti jawaban yang keluar dariku adalah kata tidak atau sekedar gelengan kepala. Mana pernah dia bertanya pada Aura, tanpa ditanya saja sudah kelihatan.

“Kali ini kamu bohong.” Lanjutnya. Aku mendongak. Bohong gimana?, lha wong saya belum jawab apa- apa kok.

“Sudah Mas, aku nggak papa kok. Mas kembali aja, ntar aku nyusul.” Aku bangkit dari sandaran yang sebenarnya masih berat kulepas.

“Kira bareng yuk.”

“Nggak mas malu kalo ketahuan habis nangis.” Dia tertawa lirih

“Mana? Nggak kok! Malah tambah cantik kalo habis nangis.” Meski aku tahu kalo itu bohong tetap saja aku senang. Setelah lama mas Afif membujukku akhirnya aku bangkit menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan mengikutinya berjalan menuju kamar. Kudapati ibunya Aura didalam kamar. Dan aku menyapanya dengan ekspresi biasa saja seperti tidak terjadi apa- apa padaku. Memang sebenarnya tidak terjadi apa- apa kecuali hatiku yang baru saja kena gempa.

“Hallo Afira sayang, ikut bunda yuk!.” Sambil kupinta Afira dari pangkuan Aura. Dia tersenyum saja dan memberikannya padaku.

“Ayo kapan giliran kamu Afwa. Jangan sampai gak ada yang mendoakan kamu kalo sudah mati.” Suara tua itu terasa panas ditelingaku. Meski aku tahu beliau sedang mengajakku bercanda.

“Tenang saja mi, Afwa akan nyusul Aura bentar lagi. Lagian Afira akan menjadi anak yang berbakti yang akan mendoakan kedua uminya dan abahnya, dan tentunya akan mendoakan neneknya terlebih dahulu kalau mati sebelum kita. Iyakan Afira?.” Mas Afif mengakhiri ucapannya dengan mencium Afira yang berada ditanganku. Aku tertawa terbahak-bahak dalam hati, enak saja dia bicara.

***

Semilir angin sore membawa suasana lain. Bersama wangi bunga Gading yang masih berada ditangkainya. Kami bertiga duduk dibawah pohon Gading yang siap panen. Aku memandangi jagoanku yang sedang terlelap pulas dipangkuanku. Dia cowok. Dengan secangkir teh hangat mas Afif menemaniku.

“Mas seandainya kita tahu bakalan punya anak, apa mas juga kawin lagi?.” Dengan terus terang kuajukan pertannyaan yang inrinya sama dengan pertanyaan Aura ketika kudengar dulu.

“Memang aku sudah bilangkan dari dulu. Kamu gak usah terlalu mikir nanti kalau sudah waktunya juga pasti punya sendiri. Kamu juga yang nyuruh.”

“Berarti kalo gak disuruh gak kawin?.’

“Ha...ha... kenapa? Nyesel?.” Aku manyun. Dia kembali mengacak-acak kepalaku. “dengerin yah. Disuruh ataupun tidak, aku tetap akan kawin sama Aura.” Aku mengernyutkan dahi. “Eits. Jangan su’udzon dulu.” Mas Afif mengambil posisi mengahadap wajahku. “Meskipun tidak diminta, aku pasti akan menikahinya, karena itu sudah menjadi taqdirku. Iru semua sudah tertulis sejak kita belum lahir. Iya kan?. Dan yang ini perlu digaris bawahi. Seorang laki-laki yang baik yang menikah lagi, bukan berarti dia tudak mencintai istrinya yang pertama. Ini aku ngomong dari bahasa kaumku lho ya.” Aku mangut-mangut. “Akuk juga tidak mengajarkan pada kaum hawa untuk terlalu bersimpati dengan sesamamu juga jangan terlalu egois. Artinya, jika ini sudah menjadi taqdir ya sudah terimah saja,daripada dicerai atau backstreet.” Mas Afif tertawa lagi. “Ohya satu lagi.” Mas Afif mendekat dan setengah berbisik. “Laki-laki tidak suka wanita posessif.” Aku meninju lengannya. “Sampaikan ya pada kaummu.”

“Inikan pembelaan dari kaum mas saja. Enak saja. Wanita mana yang mau dimadu?.’

“Lha ini..” telumjuknya berada diatas kepalaku. “gak pernah cemburu ha...ha...”

“Siapa bilang.” Memang kalau sekedar dengan Aura saja bukan masalah. Yang paling aku cemburui sebenarnya mereka bidadari surga yang sedang menanti dan yang akan menemanimu besok. Sudah itu saja.

By: Rif”ah Azera

Terimakasih atas kesempatannya, mohon dikirim informasi diterimah atau tidak, melaui E_mail kami

ad-dukhan dalam al-misbah


PENDAHULUAN
Al-qur’an  adalah sebuah teks yang sangat istimewah  Al-qur’an adalah sebuah lafadz –lafadz yang berbahasa Arab yang terdiri dari bentuk-bentuk huruf  yang ditirinkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dimana didalamnya mengandung  ruh ke-ilahian  yang  tidak tergilas zaman, tahan dari berbagai dari berbagai kritik dan gempuran.  Dari sanalah timbul  sebuah kenyataan yang tak terbantahkan bahwa teks-teks yang ada dalam al-qur’an tidak sama dengan teks- teks yang lain. Dimana pada perkembanagan berikutnya hanya al-qur’an lah satu –satunya teks yang mengandung sebuah resolusi kehidupan  dengan menggali setiap makna yang tidak pernah kering dan habis[1]
Sebagai sebuah teks yang cenderung “pasif” tidak mungkin untuk mengungkap maksud – maksud yang terkandung didalam sebuah teks kepada para pembaca begitu saja  dapat tersampaikan dengan sendirinya tanpa adanya upaya atau usaha  dari seorang pembaca itu sendiri. Maka untuk menguak sebuah makna  teks diperlukan  sebuah alat, yakni ilmu. Dan ilmu dasar yang akan membantu seseorang dalam mengupas sebuah teks adalah ilmu kebahasaan,dan dilanjutkan dengan cabang-cabangnya seperti ilmu fonologi,morfologi, sinteksis dan semantic.[2]
Begitu pula dengan Al-qur’an, untuk memahami ayat-ayat istimewah tersebut juga diperlukan bekal ilmu-ilmu diatas yang tadi telah disebutkan yang saat ini begitu cepat berkembang  hingga sampai pada pemahaman tiap ayat melalui bentuk penafsiran,baik tiap lafadz atau tiap ayat, baik melalui pemhaman mkna ayat melalui perbandingan dengan ayat yang lain (tafsir bi al-qur’an), melalui hadith nabi,qoul as-shahabi, dan pendapat ulama’( tafsir bi al-ma’sur), atau melaluli penalaran mufassir sendiri dengan mengambil istimbath hokum dari ulama terdahulu(tqafsir bi al-ra’yi).
Termasuk yang akan kami bahas dalam kesempatan in adalah  konsep salah satu karya seorang ulama’ yang mencoba menguak makan –makan  Al-qur’an lewat sebuah penafsiran, yakni tafsir “Al-Misbah” karya Prf.Dr. Qurais Shihab. Dalam kajian ini kami akan mencoba menganalisa bagaimana seorang mufassir mencoba mengambil makan-mkana dalam al-qur’an yang akan diaplikasi dalam keidupan sehari-hari. Karena dilihat dari sudut pandang latar belakang lahirnya tafrsir Al-Misbah adalah adanya dorongan keingin tahuan dalam memahami sebuah ayat-ayat al-qur’an serta mampu menapresiasikan kedalam kehidupan sehari-hari
BIOGRAFI
Kitab tafsir Misbah ditulis oleh Prof.Dr Quraisyihsb,nama lengkap beliau adalah Muhammad Quraisyihab.Beliau lahir tanggal 16 Pebruari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan.Beliau berasal dari kelurga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya Prof. Abdurrahman  Shihab adalah seorrrrang ulama dan guru besar  dalam bidang tafsir.Abdurrahman shihab dipandangsebagaisalah seorang ulama, pengusaha, dan politikusyang memiliki reputasi baik dikalngan masyarakat sulawesi selatan. Kontribusinya dalambidng pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi  swasta terbesar dikawasan Indonesia bagian timur. Dan IAIN Alaudin Ujungpandang. Beliau jugatercatatsebagai rector pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972-1977        
Pendidikan formalnya diMaksar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas  sampai kelas 2 SMP.Pada tahun 1956 beliau  dikirim kekota malng untuk “nyantri” diPondok Pesantren DarAlhadis al-Faqihiyah. karena ketekunannya belajar dipesantren, dua tahun berikutnya beliau sudah mahir berbahasa Arab. Melihat bakat bahasa Arab yang dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Qurais beserta adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke Al-Azhar Kairo melalui beasiswa dari Propinsi Sulawesi, pada tahun 1958 beliau diterim dikelas dua I’dadiyah ( setingkat SMP/Stanawiyah di Indonesia) sampai menyelesaikan Stanawiyah di al-Azhar. setelah itu beliau melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar pada fkultas Ushuluddin,jurusan Tafsir dan Hadits. pda tahun 1967  beliau merauh gelar Lc. Dua tahun  kemudian yakni pada tahun 1969  Qurais Shihab meraih gelar M.A.pada jurusan ang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’I al-qur’an Karim (kemu’jizatab al-qur’an karim dari segi hokum)”. padatahun 1973beliau dipanggil  pulang keMakasar oleh Ayahnya yang ketika itu menjabat  rector, untukmembantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Beliau menjadi wakil rector bidang akademisdan kemahasiswaan sampai tahun 1980[3]
Tahun 1984 adalah babak baru  tahap baru begi beliau dlam mengembangkan karirnya. beliau  pindah tugas dari IAIN Ujungpandang ke IAIN  Jakarta. Disini beliau aktif mengajar Tafsir dan Ulumulqur’an  di program S1,S2, dan S3 sampai pada tahun 1998. Kemidian beliau dipercaya menduduki jabatan Mentri Agama  selama kurang lebih dua bulan diawal tahun 1998, hingga kemudian diangkat sebagai Duta Besar  Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia  untuk Republik Arab Mesir  merangkap Negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo[4]
Pada saat  beliau mejabat sebagai Duta Besar inilah beliau semakin aktif menulis, diantara karya beliau yang fenomenal yaitu kitab tafsir Al-Misbah yang pertamakali penulisannya beliau lakukan di Kairo. selain itu beliau juga telah melahirkan banyak sekali karya-karya beberapa diantaranya ialah:
1). Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin, 1984);
2).Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);
3). Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)
4).Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);dll.[5]
5). Tafsir al-Qur’an (Bandung:Pustaka Hidayah,1997)
METODE PENULISAN TAFSIR AL-MISBAH
Jika dilihat dari segi tartib dan sasarannya maka tafsir Al-Misbah adalah tergolong tafsir Tahlili dimana beliau- Prof.Dr,Qurais Shihab-menafsiri tiap ayat perayat dengan menyesuaiakan urutan surat-surat yang ada dalam alqur’an.Dari keluasan penjelasannya  tafsir ini
tergolong Ithnabi yang mana belliau menjelaskan secara terperinci dalam menafsirkan ayat-ayat a-qur’an, mulai dari munasabah ayat,makna mufrodat, serta mencantumkan pendapat-pendapat ulama dari mufasir yang lain untuk pembanding, baik dalam hal fikih,tasawuf atau yang lainnya,namun  pendapat yang pling bnyakmewarnai penulisan tafsir Al-Misbah adalah pendapat Ibrahim Ibn Umar al-Baqi(w885H/1480M), namun juga tidak lupa juga beliau mencantumkan pendapat  Sayyid Muhammad Tantowi,Syeh Mutawalli As-Sya’rowi,dan Sayyid qutub. Melihat begitu banyak pendapat yang beliau ambil dalam melengkapi kajian penafsirannyamka dapat dikatan tafsir Al-Misbah adalah tergolong tafsir Muqorin jika dilihat dari segi cara penjelasannya[6].  Sedangkan jika dilihat dari sumbernya tafsir termasuk tafsir bi Al-ra’yi dengan corak Sunni.
Hal yang paling ditekankan dalam metode penulisan tafsir Al-Misbah adalah dimana beliau membedakan antara bentuk tulisan ayat al-qur’an dengan bentuk tilisan yamg menerangkan sebuah penjelasan dariayat alqur’an tersebut  Dalam penulisan ayat- ayat al-quran beliau menggunakan italic letter atau biasa disebut dengan tulisancetak miring, sedangkan untuk penjelasannya, baik berupa penafsiran,sisipan, terjemahan atau pendapat ulama’, beliau menggunakan tullisan normal,.hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam memahami tiap ayat,juga memudahkan pembaca untuk membedakan antara penafsiran dan ayat yang ditafsiri.seperti pada contoh ayat 98 dalam surat AL-Maidah: AL-Maidah
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah amat keras siksannya dan bahwa sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (AL-Maidah: 98)
Dalam ayat diatas beliau menjelaskan dalam tafsir Al-Misbah sebagai berikut:
Setelah  menganjurkan untuk merenungi pengetahuan Allah SWT yang maha luas,ditekannya salah satu hasil perenungan itu juga harus diketahui,yakni bahwa dia mengetahui segala sesuatu dan makhluk tidak mengetahui kecualiapa yang diberitahu oleh-Nya. jika demikian, pastilah Allah maha kuasa karena itu ketahui pula-lah bahwa sesungguhnya Allah amat keras  yakni pedih siksa-Nya bagi yang membangkang ketentuan-ketentuan Allah,dan bahwa sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang bagi yang bertaubat dan mendekatkan diri kepada-Nya [7]
Tentang penamaan iafsir ini, bila dilihat dari kata pengantarnya disana ditemukan sebuah penjelasan yakni dalam segi makna al-misbah berarti lampu,pelita,lentera atau benda lainyang berfungsi serupa. dengan nama ini dapat diduga bahwa Prof Qurais Shihab berharap tafsir yang dituilisnya dapat menjadi pelita tau peneang dalam mencaripetunjuk dan pedoman hidup terutamabagi mereka yang mengalami kesulitan. Prof  Dr.Hamdani juga berpendapat bahwa Dr Qurais Shihab memilih nama ini berdasarkan pada fungsinya, yangmana jika diartikan A-Misbah adalah lampu maka funsinya adalah menerangi kegelapan. Dengan nama ini ada harapan agar supaya tafsir tersebut dapat dijadikan pegangan bagi mereka yang berada dalam suasana kegelapan dalam mencari petunjuk yang dapat dijadikan pegangan hidup[8]
Dalam menafsirkan al-qur’an beliau juga kerap kali menggunakan penyisipan-penyisipan kata atau kalimat. Beliau menganggap hal ini perlu dilakukan karena gaya bahasa al-qur’an yang cenderung I’jaz (penyingkatan) dari pada Ithnath(memperpanjang kata). Sealin itu banyak seklali ayat al-qur’an yang mengunakan redaksi Ithibak yakni menghapus suatu kata atau kalimat karena telah ada pada pada redaksinya atau kalimat yang dapat menunjuk kepadanya. Misalnya contoh penafsiran pada Surat Yunus:67
Dialah yang menjadikan malam bagi kamu gelap supaya kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang supaya kamu mencarikarunia Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mendengar(QS Yunus:67)
Kata “gelap” tidak tercantum dalam redaksi ayat karena pada penggalan berikut telah disebut kata terang benderang, demikian juga  kalimat”supaya kamu mencari karunia Allah” tidak disebut dalam redaksi ayat ini, karena lawannya, yaitu”supaya kamu beristirahat” telah dikemukakan sebelumnya [9]
Selanjutnya , penggunaan bentuk kata tertentu seringkali  mengandung makna yang tidak dapat ditampung tanpa adanya penyisipan-penyisipan,maka dalam tafsir al-Misbah dalam membantu pemahaman ayat yang demikian dicanutmkan pula penyisipan-penyisipan sebagaimana dicontohkan dalam surat al-Maidah :78
“Telah dilaknat orang –orang kafir dari Bani Israil disebabkan oleh lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka telah durhaka dan selalu melampaui batas”
Ketika menafsirkan ayat ini beliau mengemukakkan pendapat pakar tafsir Thahir Ibnu Asyur bahwa kata  pada firman-Nya  berarti disebabkan ,yang sekaligus mengandung makna kemantapan,srhingga kata itu mengisyaratkan bahwa kutukan itu benar-benar diucapkan oleh Nabi Daud  bukan atas namanya atau dari bahasa yang dugunakannya. Maka dari pernyataan kutukan tersebut seolah timbul sebuah pertanyaan “mengapa mereka dikutuk? Dan jawaban dari pertanyaan tersebut dijawab pada penggalan ayat berikutnya”yakni disebabkan mereka telah durhaka dan selalu melampaui batas”
 Kata Durhaka dan melampaui batas sering kali disamakan dalam kandungan maknanyakarena melampaui batas mengakibatkan kedurhakaan dan kedurhakaan adlaah pelampauan batas.karenanya dua kata yang berbeda itu  pada akhirnya mengandung makna yang sama. Nmaun demikian karena bentuk kata yang digunakan berbeda , makan yang dikandungnya pun berbeda,kata  kata tersebut menggunkan kata kerja masa lampau maka dengan kalimat tersebut menunnjukkan bahwa durhaka bukanlah barang baru tetapi sudah ada sejak dahulu, sedangkan untuk mengisyaratkan bahwa sifat durhka masih ada atau terjadi hingga saat ini atau sampai masa yang akan datang bahkan menjadi kebiasaan sehari-hari maka lafadz  durhaka tersebut menjadi lafadzyang artinya sama akan tetapi penggunaan kata tersebut seolah-seolah masih berlaku pada sesuatu yang melekat hingga saat ini atau masa yang akan datang.
Penyisipan itu sekilas jika atau tidak disadari seolah menjadikan kesan bahwa sisipan tersebut adalah termasuk dari ayat al-qur’an,padahal tidak demikian, karena telah dijelaskan bahwa tafsir al-Misbah ini bukanla terjemahan ayat-ayat al-Qura’an akan tetapi terjemahan makan-makna ayat al-Qur’an. Dan semoga tidak terjadi kesalah pahaman sebagaimana yangterjadi pada mufassir besar Ibrahim Ibnu al-Biqa’I –diaman Dr Quraisy Shihab banyak mengutip pendapat beliau dalam menafsiri ayat-ayat al-qur;an-yang hamper saja dihukum matikarenadianggapbahwa penafsirannya yang berbhasa Arab itu telah mencampur adukkan antara kalimat-kalimat beliau dengan kalimat-kalimat yang ada di al-Qur’an, padahal beliau telah membedakan antara kalimat dari penadapat beliau dengan ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan dua tanda kurung[10]
Dalam tafsir AL-Misbah juga terdapat pembagian kelompok kelompok dalam satu surat, misalnya dalam surat Ad-Duhan yang terdiri dari 59 ayat, disana beliau-Prf Qurais Shihab- membagi satu surat tersebut menjadi empat bagian, pada bagian pertama dalam muqaddimah surat dicantumkan penamaan surat, hubungan surat tersebut dengan surat sebelumnya baik dalam segi makna atau yang lain, dicantumkan juga pendapt –pendapat ulama’ tidak lupa pendapat dari al-biqa’I, dalm surat yang lain pada mukaddimah surat  dicantumkan sabab nuzul jika memang pada surat tersebut terdapat sabab nuzul.
Selanjutnya pada tiap bagian surat yang telah terbagi menjadi kelompo-kelompok tersebut Por Qurais Shihab akan membagi lagi tiap ayat yang akan beliau tafsiri menjadi beberapa bagian, pada surat Ad-Duhan dalam kelompok pertama disana membahas ayat pertama sampai ayat ke enambelas, kemudian masing-masing ayat dipenggal sehingga Dr Qurais Shihab mengulas makna dan penafsiran surat tersebut masing –masing dua ayat-dua ayat dalam tiap pembahasan, dan tidak lupa beliau juga mencantumkan munasabah atau hubungan antara ayat yang dibahas dengan ayat sebelumnya,baik dalam segi makna atau yang lainnya sehingga meskipun seolah terpenggal dalam beberapa bagian tapi tetap akan menunjukkan satu pembahasan dan hubungan yang sama dan saling berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya insyaalah akan kita ulas pada bab :contoh penafsiran
CONTOH PENAFSIRAN
Kami akan mengambil surat ad-Dukhan sebagai contoh penafsiran dalam tafsir Al-Misbah pada kesempatan kali ini. Dalam sura ad-DDukhan Dr. Quais Shihab membagi ke-59 ayat tersebut menjadi empat kelompok.pada kelompok  pertama mengulas satu tema dengan mencantumkan ayat 1-16, kemudian pada kelompok kedua mencantumkan ayat ke-17-33, dilanjutkan dengan kelompok berikutnya dengan ayat 34-37 dan kelompok terakhir mengulas penjelasan surat ad-Dukhan mulai dari ayat 39-59. Dalam pembahasan kali ini kami akan mencantumkan satu persatu contoh penafsiran surat ad-Dukhan pada tiap kelompok.
Pada bagian pertama terdapat mukaddimah surat yang menjelaskan sebab penamaan ayat dan beberapa pendapat para ulama’:
Diasana dijelaskan bahwa ad-Duhkan adalah nama surah yang diangkat dari  kata yang terdapat pada surat ini. Sebenarnya lafadz Dukhan tidak hanya terdapat pada surat ini saja, akan tetapi perbedaan dukhan disini adalah pada penggunaan maknanya. Pada surat ini makna Dukhan disini adalah kabut yang  akan terjadi atau asap yang berbeda dengan asap lainnya sebagai salah satu bukti kebenaran  Rasul SAW. Surat ini dinamakan dengan ad-Dukhan yang berarti “kabut” diambil dari ayat  ke 10
Keseluruhan ayat ini turun sebelum nabi berhijrah dari Makkah ke Madinah. Memang ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa 15 ayat turun di Madinah, namun pendapt tersebut tidak didukung oleh banyak ulama, jadi dapat dipastikan ayat- ayat surat ini serta kandungannya adalah cirri-ciri dari ayat- ayat Makkiyah.
Surat ini turun sesudah surah az-Zukhruf sebelum surat al-Jatsiyah dengan jumlah ayat 56 ayat menurut perhitungan ulama’Makkah dan Syam. Menurut imam al-Biqa’I  tema surat ini adalah sebuah peringatan dan ancaman keras terhadap siapa saja  yang tidak menerima apa  yang dijelasjan dalam kitab al-qur’an baik berupa keberkahan serta rahmat yang ditujukannya kepada  semua makhluk, yang mana makna tersebut telah terisyarakan dari namanya Sayyid Qutub juga  berpendapat bahwa surat ini bagaikan palu yang mengetuk dengan keras hati kalbu manusia
***Kami cantumkan contoh penafsiran yang terdapat pada kelompok pertama dalam surat ad-Dukhan yang  mencantumkan 16 ayat, pada kali ini kami akan mengambil pada surat ke 7-8. Surat ad-Dukhan pada kelompok pertama ini masih ada hubungan antara surat sebelumnya yakni surat az-Zumar,dimana pada surat tersebut hanya menyebut tentang al-qur’an dan sifat-sifatnya yang mulia serta kemuliyaan yang diraih dengan mengikuti tuntunannya maka dalam surat ad-Dukkhan menyebutkan masa turunnya al-qur’an yang mana tidak disebutkan pada surat sebelumnya,bahkan alam surat ini Allah bersumpah dengan menyebut nama dan kebesarannya[11]

 
“Tuhan langit dan bumi dan apa yang terdapat diantara keduanya:jika kamu orang-orang yang yakin. Tidak ada tuhan selain Dia. Dia menghidupkan dan mematikan. Tuhan kamu dan Tuhan bapak-bapak kamu yang terdahulu”
            Allah SWT yang melakukan hal-hal yang disebut pada ayat-ayat lalu adalah Dia yang merupakan Tuhan pencipta, pemelihara, pengendali dan pengatur semua langit dan bumi da apa yang terdapat diantara keduanya baik yang kamu lihat dan ketahui maupun tidak,jika kamu orang-orang yang yakin  bahwa Allah adalah pencipta alam raya dan jika demikian, maka tentu kamu tidak akan menyembah salain-Nya karena tidak ada tuhan pengendali alam raya yang berhak disembah selain Dia, Dia-lah yang senantiasa menghidupkan dari saat kesaat mematikan. Dialah                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Tuhan pemelihara kamu dan tuhan pemelihara bapak-bapak kamu yang terdahulu [12]
 
Kata diatas terammbil dari kata yaqin yaitu kemantapan hati menyangkut sesuatu,yang sebelumnya didahului keraguan
Sebenarnya kakum musyrikin Makkah-yang terhadap mereka ayat ini berdialg-percaya bahwa Allah SWT. Adalah pencipta alam raya hanya saja mereka mengira bahwa Allah menyerahkan  wewenang pengaturan  kepada makkhluk tertentu yakni malaikat. Karema ,alaikat tidak dapat terlihat, maka kaum musyrikin menyembah berhala untuk mendekatkan mereka kepada Allah. Nah, melalui ayat diatas,Allah mengugah hati mereka dengan menyatakan:jika memamg kamu yakin-berdasar fitrah yanf demikian suci dan bersih dari segala kekeruhan serta kekotoran yang telah Allah tancapkan dihati manusia- bahwa hanya Dia pencipta segala sesuatu, tentu kamu yakin pula bahwa hanya Dia saja pengatur dan pengendali semua langit dan bumi serta yang terdapat diantara keduanya-karena kalau ada dua pengatur tentu alam raya ini tidak akan berjalan dalam satu system yang sangat harmonis dan rapi. Tentu kamu akan yakin pula bahwa dia sang Pengendali juga Pengatur itu Maha Mengetahuikarena tidak mungkin Pengendali alam raya yang demikian itu keadaanya tidak bersifat Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar[13]
Pada kelompok kedua menjelaskan pembangkangan kaum-kaum para utusan Allah sebagaimana dijelaskan dalamtafsir al-Misbah ayat 17-21


“Sesungguhnya Kami telah uji-sebelum-mereka Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia.”Kembalikan kepadaku hamba-hambna Allah. Sesunggunya aku terhadap kamu adalah utusan yang diercaya dan janganlah kamu menyombongkan diri kepada Allah.Sesungguhnya aku datang kepada kamu dengan membawa bukti yang nyata. Dan sesunggunya aku telah berlindung  kepada Tuhanku dan Tuhan kamu dai merajamku,dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku”
Ayat-ayat yang lalu menguraikan ancaman terhadap umat Nabi Muhammad saw, kini pada kelompok ayat diatas diuraikan kisah Nabi Musa dengan Fir’aun serta masyarakatnya yang juga membangkang kepada Rasul Allah. Uraian ini bertujuan menghibur Nabi Muhammad saw. Sekaligus peringatan kepada umat islam agar jangan sampai mereka mengalami nasib yang dialami  oleh Fir’aun dan bala tentaranya. Ayat-ayat diatas menyatakan:
Kami bersumpah bahwa Sesungguhnya Kami tela uji-sebelum mreka- yakni sebelum kaum musyrikin Makkah itu, kaum Fir’aun  bersama dengan Fir’aun,  antara lain dengan melimpahkan aneka rizqi dan kesenangan hidup,  dan telah datang juga kepada mereka seorang Rasul yang mulia akhlak dan kepribadiannya,yakni Nabi Musa as.Rasul kami itu berkata kepada kepada mereka dengan lemah lembut: Kembalikan,yakni serahkanlah dengan sukarela dan lapang dada,  kepadaku hamba-hamba Allah ,yakni Bani Israil, yang kamu perbudak secara aniaya. Lepaskan mereka bebas merdeka, sesungguhnya aku-terhadap kamu secara khusus-adalah utusan Allah yang dipercaya oleh-Nya juga semestinya oleh kamu semua an janganlah kamu menyombongkan diri kepada Allah dengan mngabaikan perintah-Nya dan menolak Rasul-Nya.Tidak ada alas an bagi kamu untuk enggan percaya an taat karena sesungguhnya aku datang kepada kamu engan membawa bukti yang nyata tentang kerasulanku dari sisi Allah
Karena Nabi Musa as.tahu persis bahwa ir’aun sangat kejam dan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman terhadap siapapun yang dinilainya melanggar nabi Musaas. Menyampaikan juga bahwa: sebelum kehadiranku pada kamu, aku telah memohon bantuan Allah dan sesungguhnya kau telah berlindung kepada tuhanku yang selama ini telah memelihara dan berbuat baik kepadaku dan juga Tuhan yang melimpahkan aneka kebajikan kepada kamu. Aku berlindung kepada-Nya dari keinginan kamu mencelakakan diriku dengan merajamku, yakni membunuhku dengan melempari aku dengan batu atau mencederaiku dengan batu.
Lalu, untuk menunjukkan bahwa beliau datang secara baik-baik dan lemah lembut, tidak bermaksud memaksa mereka beriman, beliau melanjutkan dengan berkata:Dan jika kamu tiak beriman kepadaku atau kepada Allah atas dasar bukti-bukti yang kupaparkan, maka biarkanlah aku, yakni jangan ganggu aku,dalam menyampaikan pesan-pesan Tuhanku sehingga kamu bebas menerima atau menolaknya.
Kata    digunakan untuk menyikapi suatu obyek dengan sifat baik dan sempurna sesuai dengan kebaikan dan kesempurnaan yang seharusnya disandang  oleh objek itu. Jika anda berkata rizq(un)karim,maka itu berartirezeqi yang memuaskan dan halal. Qoul(un)karim adalah ucapan yang benar
 kandungannya serta baik tata bahasanya lagi sesuai dengan maksud pembicara dan dapat dipahami dengan baik oleh mitra bicara. Demikian seterusnya.
Kata    ada yang memamhaminya berkedudukan sebagai objek dari kata   sehingga maknanya sebagaimana yang penulis uaraikan diatas. Ada juga yang memahami objek kata addu tidak disebut karena dapat ipahami dari konteks ayat, sedang kata ibada Allah adalah panggilan yang itujukan kepada kaum Fir’aun itu. Penganut paham ini menyatakan bahwa ucapan Nabi Musa as. Itu berarti”serahkan dan tunaikanlah ketaatan kepadaku,wahai hamba-hamba Allah” Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh al-Jalalain. Agaknya pendapat pertama  lebih kuat karena  pada ayat 23  beerikut ini digunakan kata  ibadi yang dimaksud adalah Bani Israil yang diperbudak Fir’aun itu. Ini dikuatkan juga oleh QS asy-Syu’ara:17
Ucapan Nabi Musa as. Bahwa beliau telah berlindung kepada Allah mengisyaratkan keprcayaan dirinya.Permohonan perlindungan itu beliau sampaikan ketika memperoleh perintah Allah untuk menuju kepada Fir’aun.ketika itu Nabi Musa (bersama nabi Harun) berucap

“Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas” Allah berfirman”janganlah kamu berdua kahawatir,sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”(QA Taha:45-46)[14]
KELEBIHAN TAFSIR AL-MISBAH
Tafsir Al-Misbah dilihat dari berbagai segi ternyata dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal dimana hal tersebut menjadikan  poin khusus dalam tafsir Al-misbah,yakni menjadi sebuah kelebihan tersendiri pada sebuah karya tafsir yang lahir dari tangan ulama Indonesia.
1); Tentunya secara khusus tafsir ini menjadi sangat istimewah bagi masyarakat Indonesia adalah ketika tafsir Al—Misbah disajikan dalam bentuk bahasa Indonesia. selain mudah dipahami oleh tiap lapisan masyarakat,tafsir Al-Misbah menambah khazanah kekayan ilmu dalambidang tafsir yang lahir dariulama’Indonesia dan yang berbahasa Indonesia setelah terpotong dengan jarak yang amat jauh dari tafsir sebelumnya yang juga lahir dari ulama’indonesia dan berbahasa Indonesia,yakni afsir Al-Azhar karangan Buya HAMKA
2). Sebagaimana tujuan utama ditulisnya afsir Al—Misbah adalah sebagai penyempurna dari tafsir yang ditulis Dr Qurais Shihab “  Tafsir al-Qur’an (Bandung:Pustaka Hidayah,1997)” yang dianggap kurang simple dan berbelit-belit,maka tafsir Al-MIsbah seolah telah memenuhi harapan beliau,karena disamping simple tafsir tersebut juga mudah dipahami. s
3).Dalam penulisan tafsir Al-misbah yang menjadikan tafsir tersebut berbeda dengan tafsir yang lain adalah dimana terdapat munasabah ayat satu dengan yang ayat yang lain,serta surat  sebelumnya dengan surat yang sesudahnya sehingga seperti adanya rantai yang saling terhubung antar surat dan ayat dalam kandungan maknanya
.4). Dalam menafsiri sebuah surat, Dr Qurais Shihab membagi yiap satu surat dengan beberapa kelompok sesuai dengan tema masing-masing ayat,sehingga tafisr al-Misbah agak seikit mempunyai corak tematik, namun emikian hal tersebut cukup memudashkan para pembacadalam mengklasifikasikan tiap makna yang terkandung dalam ayatyang terbungkus dalam kelompok dan tema
5).Terdapat perbedaan antara penulisan ayat –dengan menggunakan tulisan miring- dan penulisan penafsirannya yang menggunakan penulisan normal[15]
6).Kelebihan yang lain adalah penafsirannya  kontekstualdan bersifat antroposentrisme yang juga didasarkan pada pendekatan sosiologis-antropologis yang memudahkan pembaca untuk memahami makna yang tersirat dalam al-qur’an.serta menyampaikan penafsiran yang diserasikan dengan konteks kekinian yang sangat sederhana dan mudah dimengerti[16]

KEKURANGAN TAFSIR AL-MISBAH
            Seabagaimana manusia biasa tentunya mempunyai kekurangan, maka dalam berbagai pandangan, tafsir Al-misbah juga tidakluput dari kekurangan,beberapa diantaranya adalah:
1.Secara khusus tafsir yang berbhasa Indonesia memang  menjadi sebuah kelebihan tersendiri,akan tetapi bahasa Indonesia akan menjadi sebuah kekuurangan jika yang bertindak sebagai “konsumen”adalah para pembaca selain orang Indonesia yang tidakterlalu mahir berbahasa Indonesia.namun sebenarnya hal tersebtu hanyalah kekurangan ringan,hanya saja berbeda dengan para mufassir pada umumnya yang berbahasa arab, dengan bahasa tersebut dapat dimungkinkan akan dapat dikonsumsi oleh khalayak lebih banyak lagi
2. Dalam penafsirannya, beliau lebih condong pada mufti Tunisia  yang mana hal tersebut akan mengurangi daya keseimbangan dalammengambil hujjah hokum daritiap para mufti yang lain,sehingga secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan sebuah kecenderungan untuk menganggap “rajah” dari mufti Tunisia dan mengabaikan yanga lain
3. kekurangan yang menonjol dari kitab Al-Misbah adalah,dimana beliau dalam pengambilan refrensi tidak pernah mencantumkan fotnoteyang saat ini menjadi rujukan penting dalam mengambil  literature dalam sebuah keilmuan










[1] [1] Nasr Hamid Abu Zaid “Tektualitas Al-qur’an: hal Vi
[2] Ibid,hal X
[3] Suplemen Ensiklopedi Ulama’.PT Ichtiar Baru Van Noeverr” VOL 2 hal.110
[4] ressay.wordpres.com
[5] id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
[6] Quraisy Shihab “Tafsir Al-Misbah”Lentera Hati jakarta
[7] Ibid . sekapur sirih hal. Xii vol I
[8] katakarim.blogspot.com
[9] Op.cit.hal xv vol I
[10] Al-Misbah ,sekapur sirih hal xvii
[11] Inilah yang kami maksud sebagai contoh munasabah/kesinambungan ayat atau surat yang sebelumnya dengan ayat atau surat yang sesudahnya yang terdapat pada tafsir Al-Misbah
[12] Contoh diatas adalah sebagaimana kami jejaskan bahwa ada perbedaan antara makna terjemah dengan penafsiran dengan menggunakan tulisan miring dan normal. Quraisy Shihab “Tafsir Al-Misbah”Lentera Hati Jakarta.hal  302
[13] Tafsir al-Misbah. Lentera Hati.Vol 12 hal.302-303
[14] Ibid hal.309-311
[15] op.cit
[16] ressay.wordpres.com