Rabu, 08 Februari 2012

ad-dukhan dalam al-misbah


PENDAHULUAN
Al-qur’an  adalah sebuah teks yang sangat istimewah  Al-qur’an adalah sebuah lafadz –lafadz yang berbahasa Arab yang terdiri dari bentuk-bentuk huruf  yang ditirinkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dimana didalamnya mengandung  ruh ke-ilahian  yang  tidak tergilas zaman, tahan dari berbagai dari berbagai kritik dan gempuran.  Dari sanalah timbul  sebuah kenyataan yang tak terbantahkan bahwa teks-teks yang ada dalam al-qur’an tidak sama dengan teks- teks yang lain. Dimana pada perkembanagan berikutnya hanya al-qur’an lah satu –satunya teks yang mengandung sebuah resolusi kehidupan  dengan menggali setiap makna yang tidak pernah kering dan habis[1]
Sebagai sebuah teks yang cenderung “pasif” tidak mungkin untuk mengungkap maksud – maksud yang terkandung didalam sebuah teks kepada para pembaca begitu saja  dapat tersampaikan dengan sendirinya tanpa adanya upaya atau usaha  dari seorang pembaca itu sendiri. Maka untuk menguak sebuah makna  teks diperlukan  sebuah alat, yakni ilmu. Dan ilmu dasar yang akan membantu seseorang dalam mengupas sebuah teks adalah ilmu kebahasaan,dan dilanjutkan dengan cabang-cabangnya seperti ilmu fonologi,morfologi, sinteksis dan semantic.[2]
Begitu pula dengan Al-qur’an, untuk memahami ayat-ayat istimewah tersebut juga diperlukan bekal ilmu-ilmu diatas yang tadi telah disebutkan yang saat ini begitu cepat berkembang  hingga sampai pada pemahaman tiap ayat melalui bentuk penafsiran,baik tiap lafadz atau tiap ayat, baik melalui pemhaman mkna ayat melalui perbandingan dengan ayat yang lain (tafsir bi al-qur’an), melalui hadith nabi,qoul as-shahabi, dan pendapat ulama’( tafsir bi al-ma’sur), atau melaluli penalaran mufassir sendiri dengan mengambil istimbath hokum dari ulama terdahulu(tqafsir bi al-ra’yi).
Termasuk yang akan kami bahas dalam kesempatan in adalah  konsep salah satu karya seorang ulama’ yang mencoba menguak makan –makan  Al-qur’an lewat sebuah penafsiran, yakni tafsir “Al-Misbah” karya Prf.Dr. Qurais Shihab. Dalam kajian ini kami akan mencoba menganalisa bagaimana seorang mufassir mencoba mengambil makan-mkana dalam al-qur’an yang akan diaplikasi dalam keidupan sehari-hari. Karena dilihat dari sudut pandang latar belakang lahirnya tafrsir Al-Misbah adalah adanya dorongan keingin tahuan dalam memahami sebuah ayat-ayat al-qur’an serta mampu menapresiasikan kedalam kehidupan sehari-hari
BIOGRAFI
Kitab tafsir Misbah ditulis oleh Prof.Dr Quraisyihsb,nama lengkap beliau adalah Muhammad Quraisyihab.Beliau lahir tanggal 16 Pebruari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan.Beliau berasal dari kelurga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya Prof. Abdurrahman  Shihab adalah seorrrrang ulama dan guru besar  dalam bidang tafsir.Abdurrahman shihab dipandangsebagaisalah seorang ulama, pengusaha, dan politikusyang memiliki reputasi baik dikalngan masyarakat sulawesi selatan. Kontribusinya dalambidng pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi  swasta terbesar dikawasan Indonesia bagian timur. Dan IAIN Alaudin Ujungpandang. Beliau jugatercatatsebagai rector pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972-1977        
Pendidikan formalnya diMaksar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas  sampai kelas 2 SMP.Pada tahun 1956 beliau  dikirim kekota malng untuk “nyantri” diPondok Pesantren DarAlhadis al-Faqihiyah. karena ketekunannya belajar dipesantren, dua tahun berikutnya beliau sudah mahir berbahasa Arab. Melihat bakat bahasa Arab yang dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Qurais beserta adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke Al-Azhar Kairo melalui beasiswa dari Propinsi Sulawesi, pada tahun 1958 beliau diterim dikelas dua I’dadiyah ( setingkat SMP/Stanawiyah di Indonesia) sampai menyelesaikan Stanawiyah di al-Azhar. setelah itu beliau melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar pada fkultas Ushuluddin,jurusan Tafsir dan Hadits. pda tahun 1967  beliau merauh gelar Lc. Dua tahun  kemudian yakni pada tahun 1969  Qurais Shihab meraih gelar M.A.pada jurusan ang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’I al-qur’an Karim (kemu’jizatab al-qur’an karim dari segi hokum)”. padatahun 1973beliau dipanggil  pulang keMakasar oleh Ayahnya yang ketika itu menjabat  rector, untukmembantu mengelola pendidikan di IAIN Alauddin. Beliau menjadi wakil rector bidang akademisdan kemahasiswaan sampai tahun 1980[3]
Tahun 1984 adalah babak baru  tahap baru begi beliau dlam mengembangkan karirnya. beliau  pindah tugas dari IAIN Ujungpandang ke IAIN  Jakarta. Disini beliau aktif mengajar Tafsir dan Ulumulqur’an  di program S1,S2, dan S3 sampai pada tahun 1998. Kemidian beliau dipercaya menduduki jabatan Mentri Agama  selama kurang lebih dua bulan diawal tahun 1998, hingga kemudian diangkat sebagai Duta Besar  Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia  untuk Republik Arab Mesir  merangkap Negara Republik Djibauti berkedudukan di Kairo[4]
Pada saat  beliau mejabat sebagai Duta Besar inilah beliau semakin aktif menulis, diantara karya beliau yang fenomenal yaitu kitab tafsir Al-Misbah yang pertamakali penulisannya beliau lakukan di Kairo. selain itu beliau juga telah melahirkan banyak sekali karya-karya beberapa diantaranya ialah:
1). Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN Alauddin, 1984);
2).Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996);
3). Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996)
4).Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);dll.[5]
5). Tafsir al-Qur’an (Bandung:Pustaka Hidayah,1997)
METODE PENULISAN TAFSIR AL-MISBAH
Jika dilihat dari segi tartib dan sasarannya maka tafsir Al-Misbah adalah tergolong tafsir Tahlili dimana beliau- Prof.Dr,Qurais Shihab-menafsiri tiap ayat perayat dengan menyesuaiakan urutan surat-surat yang ada dalam alqur’an.Dari keluasan penjelasannya  tafsir ini
tergolong Ithnabi yang mana belliau menjelaskan secara terperinci dalam menafsirkan ayat-ayat a-qur’an, mulai dari munasabah ayat,makna mufrodat, serta mencantumkan pendapat-pendapat ulama dari mufasir yang lain untuk pembanding, baik dalam hal fikih,tasawuf atau yang lainnya,namun  pendapat yang pling bnyakmewarnai penulisan tafsir Al-Misbah adalah pendapat Ibrahim Ibn Umar al-Baqi(w885H/1480M), namun juga tidak lupa juga beliau mencantumkan pendapat  Sayyid Muhammad Tantowi,Syeh Mutawalli As-Sya’rowi,dan Sayyid qutub. Melihat begitu banyak pendapat yang beliau ambil dalam melengkapi kajian penafsirannyamka dapat dikatan tafsir Al-Misbah adalah tergolong tafsir Muqorin jika dilihat dari segi cara penjelasannya[6].  Sedangkan jika dilihat dari sumbernya tafsir termasuk tafsir bi Al-ra’yi dengan corak Sunni.
Hal yang paling ditekankan dalam metode penulisan tafsir Al-Misbah adalah dimana beliau membedakan antara bentuk tulisan ayat al-qur’an dengan bentuk tilisan yamg menerangkan sebuah penjelasan dariayat alqur’an tersebut  Dalam penulisan ayat- ayat al-quran beliau menggunakan italic letter atau biasa disebut dengan tulisancetak miring, sedangkan untuk penjelasannya, baik berupa penafsiran,sisipan, terjemahan atau pendapat ulama’, beliau menggunakan tullisan normal,.hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam memahami tiap ayat,juga memudahkan pembaca untuk membedakan antara penafsiran dan ayat yang ditafsiri.seperti pada contoh ayat 98 dalam surat AL-Maidah: AL-Maidah
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah amat keras siksannya dan bahwa sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (AL-Maidah: 98)
Dalam ayat diatas beliau menjelaskan dalam tafsir Al-Misbah sebagai berikut:
Setelah  menganjurkan untuk merenungi pengetahuan Allah SWT yang maha luas,ditekannya salah satu hasil perenungan itu juga harus diketahui,yakni bahwa dia mengetahui segala sesuatu dan makhluk tidak mengetahui kecualiapa yang diberitahu oleh-Nya. jika demikian, pastilah Allah maha kuasa karena itu ketahui pula-lah bahwa sesungguhnya Allah amat keras  yakni pedih siksa-Nya bagi yang membangkang ketentuan-ketentuan Allah,dan bahwa sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang bagi yang bertaubat dan mendekatkan diri kepada-Nya [7]
Tentang penamaan iafsir ini, bila dilihat dari kata pengantarnya disana ditemukan sebuah penjelasan yakni dalam segi makna al-misbah berarti lampu,pelita,lentera atau benda lainyang berfungsi serupa. dengan nama ini dapat diduga bahwa Prof Qurais Shihab berharap tafsir yang dituilisnya dapat menjadi pelita tau peneang dalam mencaripetunjuk dan pedoman hidup terutamabagi mereka yang mengalami kesulitan. Prof  Dr.Hamdani juga berpendapat bahwa Dr Qurais Shihab memilih nama ini berdasarkan pada fungsinya, yangmana jika diartikan A-Misbah adalah lampu maka funsinya adalah menerangi kegelapan. Dengan nama ini ada harapan agar supaya tafsir tersebut dapat dijadikan pegangan bagi mereka yang berada dalam suasana kegelapan dalam mencari petunjuk yang dapat dijadikan pegangan hidup[8]
Dalam menafsirkan al-qur’an beliau juga kerap kali menggunakan penyisipan-penyisipan kata atau kalimat. Beliau menganggap hal ini perlu dilakukan karena gaya bahasa al-qur’an yang cenderung I’jaz (penyingkatan) dari pada Ithnath(memperpanjang kata). Sealin itu banyak seklali ayat al-qur’an yang mengunakan redaksi Ithibak yakni menghapus suatu kata atau kalimat karena telah ada pada pada redaksinya atau kalimat yang dapat menunjuk kepadanya. Misalnya contoh penafsiran pada Surat Yunus:67
Dialah yang menjadikan malam bagi kamu gelap supaya kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang supaya kamu mencarikarunia Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mendengar(QS Yunus:67)
Kata “gelap” tidak tercantum dalam redaksi ayat karena pada penggalan berikut telah disebut kata terang benderang, demikian juga  kalimat”supaya kamu mencari karunia Allah” tidak disebut dalam redaksi ayat ini, karena lawannya, yaitu”supaya kamu beristirahat” telah dikemukakan sebelumnya [9]
Selanjutnya , penggunaan bentuk kata tertentu seringkali  mengandung makna yang tidak dapat ditampung tanpa adanya penyisipan-penyisipan,maka dalam tafsir al-Misbah dalam membantu pemahaman ayat yang demikian dicanutmkan pula penyisipan-penyisipan sebagaimana dicontohkan dalam surat al-Maidah :78
“Telah dilaknat orang –orang kafir dari Bani Israil disebabkan oleh lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka telah durhaka dan selalu melampaui batas”
Ketika menafsirkan ayat ini beliau mengemukakkan pendapat pakar tafsir Thahir Ibnu Asyur bahwa kata  pada firman-Nya  berarti disebabkan ,yang sekaligus mengandung makna kemantapan,srhingga kata itu mengisyaratkan bahwa kutukan itu benar-benar diucapkan oleh Nabi Daud  bukan atas namanya atau dari bahasa yang dugunakannya. Maka dari pernyataan kutukan tersebut seolah timbul sebuah pertanyaan “mengapa mereka dikutuk? Dan jawaban dari pertanyaan tersebut dijawab pada penggalan ayat berikutnya”yakni disebabkan mereka telah durhaka dan selalu melampaui batas”
 Kata Durhaka dan melampaui batas sering kali disamakan dalam kandungan maknanyakarena melampaui batas mengakibatkan kedurhakaan dan kedurhakaan adlaah pelampauan batas.karenanya dua kata yang berbeda itu  pada akhirnya mengandung makna yang sama. Nmaun demikian karena bentuk kata yang digunakan berbeda , makan yang dikandungnya pun berbeda,kata  kata tersebut menggunkan kata kerja masa lampau maka dengan kalimat tersebut menunnjukkan bahwa durhaka bukanlah barang baru tetapi sudah ada sejak dahulu, sedangkan untuk mengisyaratkan bahwa sifat durhka masih ada atau terjadi hingga saat ini atau sampai masa yang akan datang bahkan menjadi kebiasaan sehari-hari maka lafadz  durhaka tersebut menjadi lafadzyang artinya sama akan tetapi penggunaan kata tersebut seolah-seolah masih berlaku pada sesuatu yang melekat hingga saat ini atau masa yang akan datang.
Penyisipan itu sekilas jika atau tidak disadari seolah menjadikan kesan bahwa sisipan tersebut adalah termasuk dari ayat al-qur’an,padahal tidak demikian, karena telah dijelaskan bahwa tafsir al-Misbah ini bukanla terjemahan ayat-ayat al-Qura’an akan tetapi terjemahan makan-makna ayat al-Qur’an. Dan semoga tidak terjadi kesalah pahaman sebagaimana yangterjadi pada mufassir besar Ibrahim Ibnu al-Biqa’I –diaman Dr Quraisy Shihab banyak mengutip pendapat beliau dalam menafsiri ayat-ayat al-qur;an-yang hamper saja dihukum matikarenadianggapbahwa penafsirannya yang berbhasa Arab itu telah mencampur adukkan antara kalimat-kalimat beliau dengan kalimat-kalimat yang ada di al-Qur’an, padahal beliau telah membedakan antara kalimat dari penadapat beliau dengan ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan dua tanda kurung[10]
Dalam tafsir AL-Misbah juga terdapat pembagian kelompok kelompok dalam satu surat, misalnya dalam surat Ad-Duhan yang terdiri dari 59 ayat, disana beliau-Prf Qurais Shihab- membagi satu surat tersebut menjadi empat bagian, pada bagian pertama dalam muqaddimah surat dicantumkan penamaan surat, hubungan surat tersebut dengan surat sebelumnya baik dalam segi makna atau yang lain, dicantumkan juga pendapt –pendapat ulama’ tidak lupa pendapat dari al-biqa’I, dalm surat yang lain pada mukaddimah surat  dicantumkan sabab nuzul jika memang pada surat tersebut terdapat sabab nuzul.
Selanjutnya pada tiap bagian surat yang telah terbagi menjadi kelompo-kelompok tersebut Por Qurais Shihab akan membagi lagi tiap ayat yang akan beliau tafsiri menjadi beberapa bagian, pada surat Ad-Duhan dalam kelompok pertama disana membahas ayat pertama sampai ayat ke enambelas, kemudian masing-masing ayat dipenggal sehingga Dr Qurais Shihab mengulas makna dan penafsiran surat tersebut masing –masing dua ayat-dua ayat dalam tiap pembahasan, dan tidak lupa beliau juga mencantumkan munasabah atau hubungan antara ayat yang dibahas dengan ayat sebelumnya,baik dalam segi makna atau yang lainnya sehingga meskipun seolah terpenggal dalam beberapa bagian tapi tetap akan menunjukkan satu pembahasan dan hubungan yang sama dan saling berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya insyaalah akan kita ulas pada bab :contoh penafsiran
CONTOH PENAFSIRAN
Kami akan mengambil surat ad-Dukhan sebagai contoh penafsiran dalam tafsir Al-Misbah pada kesempatan kali ini. Dalam sura ad-DDukhan Dr. Quais Shihab membagi ke-59 ayat tersebut menjadi empat kelompok.pada kelompok  pertama mengulas satu tema dengan mencantumkan ayat 1-16, kemudian pada kelompok kedua mencantumkan ayat ke-17-33, dilanjutkan dengan kelompok berikutnya dengan ayat 34-37 dan kelompok terakhir mengulas penjelasan surat ad-Dukhan mulai dari ayat 39-59. Dalam pembahasan kali ini kami akan mencantumkan satu persatu contoh penafsiran surat ad-Dukhan pada tiap kelompok.
Pada bagian pertama terdapat mukaddimah surat yang menjelaskan sebab penamaan ayat dan beberapa pendapat para ulama’:
Diasana dijelaskan bahwa ad-Duhkan adalah nama surah yang diangkat dari  kata yang terdapat pada surat ini. Sebenarnya lafadz Dukhan tidak hanya terdapat pada surat ini saja, akan tetapi perbedaan dukhan disini adalah pada penggunaan maknanya. Pada surat ini makna Dukhan disini adalah kabut yang  akan terjadi atau asap yang berbeda dengan asap lainnya sebagai salah satu bukti kebenaran  Rasul SAW. Surat ini dinamakan dengan ad-Dukhan yang berarti “kabut” diambil dari ayat  ke 10
Keseluruhan ayat ini turun sebelum nabi berhijrah dari Makkah ke Madinah. Memang ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa 15 ayat turun di Madinah, namun pendapt tersebut tidak didukung oleh banyak ulama, jadi dapat dipastikan ayat- ayat surat ini serta kandungannya adalah cirri-ciri dari ayat- ayat Makkiyah.
Surat ini turun sesudah surah az-Zukhruf sebelum surat al-Jatsiyah dengan jumlah ayat 56 ayat menurut perhitungan ulama’Makkah dan Syam. Menurut imam al-Biqa’I  tema surat ini adalah sebuah peringatan dan ancaman keras terhadap siapa saja  yang tidak menerima apa  yang dijelasjan dalam kitab al-qur’an baik berupa keberkahan serta rahmat yang ditujukannya kepada  semua makhluk, yang mana makna tersebut telah terisyarakan dari namanya Sayyid Qutub juga  berpendapat bahwa surat ini bagaikan palu yang mengetuk dengan keras hati kalbu manusia
***Kami cantumkan contoh penafsiran yang terdapat pada kelompok pertama dalam surat ad-Dukhan yang  mencantumkan 16 ayat, pada kali ini kami akan mengambil pada surat ke 7-8. Surat ad-Dukhan pada kelompok pertama ini masih ada hubungan antara surat sebelumnya yakni surat az-Zumar,dimana pada surat tersebut hanya menyebut tentang al-qur’an dan sifat-sifatnya yang mulia serta kemuliyaan yang diraih dengan mengikuti tuntunannya maka dalam surat ad-Dukkhan menyebutkan masa turunnya al-qur’an yang mana tidak disebutkan pada surat sebelumnya,bahkan alam surat ini Allah bersumpah dengan menyebut nama dan kebesarannya[11]

 
“Tuhan langit dan bumi dan apa yang terdapat diantara keduanya:jika kamu orang-orang yang yakin. Tidak ada tuhan selain Dia. Dia menghidupkan dan mematikan. Tuhan kamu dan Tuhan bapak-bapak kamu yang terdahulu”
            Allah SWT yang melakukan hal-hal yang disebut pada ayat-ayat lalu adalah Dia yang merupakan Tuhan pencipta, pemelihara, pengendali dan pengatur semua langit dan bumi da apa yang terdapat diantara keduanya baik yang kamu lihat dan ketahui maupun tidak,jika kamu orang-orang yang yakin  bahwa Allah adalah pencipta alam raya dan jika demikian, maka tentu kamu tidak akan menyembah salain-Nya karena tidak ada tuhan pengendali alam raya yang berhak disembah selain Dia, Dia-lah yang senantiasa menghidupkan dari saat kesaat mematikan. Dialah                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Tuhan pemelihara kamu dan tuhan pemelihara bapak-bapak kamu yang terdahulu [12]
 
Kata diatas terammbil dari kata yaqin yaitu kemantapan hati menyangkut sesuatu,yang sebelumnya didahului keraguan
Sebenarnya kakum musyrikin Makkah-yang terhadap mereka ayat ini berdialg-percaya bahwa Allah SWT. Adalah pencipta alam raya hanya saja mereka mengira bahwa Allah menyerahkan  wewenang pengaturan  kepada makkhluk tertentu yakni malaikat. Karema ,alaikat tidak dapat terlihat, maka kaum musyrikin menyembah berhala untuk mendekatkan mereka kepada Allah. Nah, melalui ayat diatas,Allah mengugah hati mereka dengan menyatakan:jika memamg kamu yakin-berdasar fitrah yanf demikian suci dan bersih dari segala kekeruhan serta kekotoran yang telah Allah tancapkan dihati manusia- bahwa hanya Dia pencipta segala sesuatu, tentu kamu yakin pula bahwa hanya Dia saja pengatur dan pengendali semua langit dan bumi serta yang terdapat diantara keduanya-karena kalau ada dua pengatur tentu alam raya ini tidak akan berjalan dalam satu system yang sangat harmonis dan rapi. Tentu kamu akan yakin pula bahwa dia sang Pengendali juga Pengatur itu Maha Mengetahuikarena tidak mungkin Pengendali alam raya yang demikian itu keadaanya tidak bersifat Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar[13]
Pada kelompok kedua menjelaskan pembangkangan kaum-kaum para utusan Allah sebagaimana dijelaskan dalamtafsir al-Misbah ayat 17-21


“Sesungguhnya Kami telah uji-sebelum-mereka Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang Rasul yang mulia.”Kembalikan kepadaku hamba-hambna Allah. Sesunggunya aku terhadap kamu adalah utusan yang diercaya dan janganlah kamu menyombongkan diri kepada Allah.Sesungguhnya aku datang kepada kamu dengan membawa bukti yang nyata. Dan sesunggunya aku telah berlindung  kepada Tuhanku dan Tuhan kamu dai merajamku,dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku”
Ayat-ayat yang lalu menguraikan ancaman terhadap umat Nabi Muhammad saw, kini pada kelompok ayat diatas diuraikan kisah Nabi Musa dengan Fir’aun serta masyarakatnya yang juga membangkang kepada Rasul Allah. Uraian ini bertujuan menghibur Nabi Muhammad saw. Sekaligus peringatan kepada umat islam agar jangan sampai mereka mengalami nasib yang dialami  oleh Fir’aun dan bala tentaranya. Ayat-ayat diatas menyatakan:
Kami bersumpah bahwa Sesungguhnya Kami tela uji-sebelum mreka- yakni sebelum kaum musyrikin Makkah itu, kaum Fir’aun  bersama dengan Fir’aun,  antara lain dengan melimpahkan aneka rizqi dan kesenangan hidup,  dan telah datang juga kepada mereka seorang Rasul yang mulia akhlak dan kepribadiannya,yakni Nabi Musa as.Rasul kami itu berkata kepada kepada mereka dengan lemah lembut: Kembalikan,yakni serahkanlah dengan sukarela dan lapang dada,  kepadaku hamba-hamba Allah ,yakni Bani Israil, yang kamu perbudak secara aniaya. Lepaskan mereka bebas merdeka, sesungguhnya aku-terhadap kamu secara khusus-adalah utusan Allah yang dipercaya oleh-Nya juga semestinya oleh kamu semua an janganlah kamu menyombongkan diri kepada Allah dengan mngabaikan perintah-Nya dan menolak Rasul-Nya.Tidak ada alas an bagi kamu untuk enggan percaya an taat karena sesungguhnya aku datang kepada kamu engan membawa bukti yang nyata tentang kerasulanku dari sisi Allah
Karena Nabi Musa as.tahu persis bahwa ir’aun sangat kejam dan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman terhadap siapapun yang dinilainya melanggar nabi Musaas. Menyampaikan juga bahwa: sebelum kehadiranku pada kamu, aku telah memohon bantuan Allah dan sesungguhnya kau telah berlindung kepada tuhanku yang selama ini telah memelihara dan berbuat baik kepadaku dan juga Tuhan yang melimpahkan aneka kebajikan kepada kamu. Aku berlindung kepada-Nya dari keinginan kamu mencelakakan diriku dengan merajamku, yakni membunuhku dengan melempari aku dengan batu atau mencederaiku dengan batu.
Lalu, untuk menunjukkan bahwa beliau datang secara baik-baik dan lemah lembut, tidak bermaksud memaksa mereka beriman, beliau melanjutkan dengan berkata:Dan jika kamu tiak beriman kepadaku atau kepada Allah atas dasar bukti-bukti yang kupaparkan, maka biarkanlah aku, yakni jangan ganggu aku,dalam menyampaikan pesan-pesan Tuhanku sehingga kamu bebas menerima atau menolaknya.
Kata    digunakan untuk menyikapi suatu obyek dengan sifat baik dan sempurna sesuai dengan kebaikan dan kesempurnaan yang seharusnya disandang  oleh objek itu. Jika anda berkata rizq(un)karim,maka itu berartirezeqi yang memuaskan dan halal. Qoul(un)karim adalah ucapan yang benar
 kandungannya serta baik tata bahasanya lagi sesuai dengan maksud pembicara dan dapat dipahami dengan baik oleh mitra bicara. Demikian seterusnya.
Kata    ada yang memamhaminya berkedudukan sebagai objek dari kata   sehingga maknanya sebagaimana yang penulis uaraikan diatas. Ada juga yang memahami objek kata addu tidak disebut karena dapat ipahami dari konteks ayat, sedang kata ibada Allah adalah panggilan yang itujukan kepada kaum Fir’aun itu. Penganut paham ini menyatakan bahwa ucapan Nabi Musa as. Itu berarti”serahkan dan tunaikanlah ketaatan kepadaku,wahai hamba-hamba Allah” Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh al-Jalalain. Agaknya pendapat pertama  lebih kuat karena  pada ayat 23  beerikut ini digunakan kata  ibadi yang dimaksud adalah Bani Israil yang diperbudak Fir’aun itu. Ini dikuatkan juga oleh QS asy-Syu’ara:17
Ucapan Nabi Musa as. Bahwa beliau telah berlindung kepada Allah mengisyaratkan keprcayaan dirinya.Permohonan perlindungan itu beliau sampaikan ketika memperoleh perintah Allah untuk menuju kepada Fir’aun.ketika itu Nabi Musa (bersama nabi Harun) berucap

“Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas” Allah berfirman”janganlah kamu berdua kahawatir,sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”(QA Taha:45-46)[14]
KELEBIHAN TAFSIR AL-MISBAH
Tafsir Al-Misbah dilihat dari berbagai segi ternyata dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal dimana hal tersebut menjadikan  poin khusus dalam tafsir Al-misbah,yakni menjadi sebuah kelebihan tersendiri pada sebuah karya tafsir yang lahir dari tangan ulama Indonesia.
1); Tentunya secara khusus tafsir ini menjadi sangat istimewah bagi masyarakat Indonesia adalah ketika tafsir Al—Misbah disajikan dalam bentuk bahasa Indonesia. selain mudah dipahami oleh tiap lapisan masyarakat,tafsir Al-Misbah menambah khazanah kekayan ilmu dalambidang tafsir yang lahir dariulama’Indonesia dan yang berbahasa Indonesia setelah terpotong dengan jarak yang amat jauh dari tafsir sebelumnya yang juga lahir dari ulama’indonesia dan berbahasa Indonesia,yakni afsir Al-Azhar karangan Buya HAMKA
2). Sebagaimana tujuan utama ditulisnya afsir Al—Misbah adalah sebagai penyempurna dari tafsir yang ditulis Dr Qurais Shihab “  Tafsir al-Qur’an (Bandung:Pustaka Hidayah,1997)” yang dianggap kurang simple dan berbelit-belit,maka tafsir Al-MIsbah seolah telah memenuhi harapan beliau,karena disamping simple tafsir tersebut juga mudah dipahami. s
3).Dalam penulisan tafsir Al-misbah yang menjadikan tafsir tersebut berbeda dengan tafsir yang lain adalah dimana terdapat munasabah ayat satu dengan yang ayat yang lain,serta surat  sebelumnya dengan surat yang sesudahnya sehingga seperti adanya rantai yang saling terhubung antar surat dan ayat dalam kandungan maknanya
.4). Dalam menafsiri sebuah surat, Dr Qurais Shihab membagi yiap satu surat dengan beberapa kelompok sesuai dengan tema masing-masing ayat,sehingga tafisr al-Misbah agak seikit mempunyai corak tematik, namun emikian hal tersebut cukup memudashkan para pembacadalam mengklasifikasikan tiap makna yang terkandung dalam ayatyang terbungkus dalam kelompok dan tema
5).Terdapat perbedaan antara penulisan ayat –dengan menggunakan tulisan miring- dan penulisan penafsirannya yang menggunakan penulisan normal[15]
6).Kelebihan yang lain adalah penafsirannya  kontekstualdan bersifat antroposentrisme yang juga didasarkan pada pendekatan sosiologis-antropologis yang memudahkan pembaca untuk memahami makna yang tersirat dalam al-qur’an.serta menyampaikan penafsiran yang diserasikan dengan konteks kekinian yang sangat sederhana dan mudah dimengerti[16]

KEKURANGAN TAFSIR AL-MISBAH
            Seabagaimana manusia biasa tentunya mempunyai kekurangan, maka dalam berbagai pandangan, tafsir Al-misbah juga tidakluput dari kekurangan,beberapa diantaranya adalah:
1.Secara khusus tafsir yang berbhasa Indonesia memang  menjadi sebuah kelebihan tersendiri,akan tetapi bahasa Indonesia akan menjadi sebuah kekuurangan jika yang bertindak sebagai “konsumen”adalah para pembaca selain orang Indonesia yang tidakterlalu mahir berbahasa Indonesia.namun sebenarnya hal tersebtu hanyalah kekurangan ringan,hanya saja berbeda dengan para mufassir pada umumnya yang berbahasa arab, dengan bahasa tersebut dapat dimungkinkan akan dapat dikonsumsi oleh khalayak lebih banyak lagi
2. Dalam penafsirannya, beliau lebih condong pada mufti Tunisia  yang mana hal tersebut akan mengurangi daya keseimbangan dalammengambil hujjah hokum daritiap para mufti yang lain,sehingga secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan sebuah kecenderungan untuk menganggap “rajah” dari mufti Tunisia dan mengabaikan yanga lain
3. kekurangan yang menonjol dari kitab Al-Misbah adalah,dimana beliau dalam pengambilan refrensi tidak pernah mencantumkan fotnoteyang saat ini menjadi rujukan penting dalam mengambil  literature dalam sebuah keilmuan










[1] [1] Nasr Hamid Abu Zaid “Tektualitas Al-qur’an: hal Vi
[2] Ibid,hal X
[3] Suplemen Ensiklopedi Ulama’.PT Ichtiar Baru Van Noeverr” VOL 2 hal.110
[4] ressay.wordpres.com
[5] id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
[6] Quraisy Shihab “Tafsir Al-Misbah”Lentera Hati jakarta
[7] Ibid . sekapur sirih hal. Xii vol I
[8] katakarim.blogspot.com
[9] Op.cit.hal xv vol I
[10] Al-Misbah ,sekapur sirih hal xvii
[11] Inilah yang kami maksud sebagai contoh munasabah/kesinambungan ayat atau surat yang sebelumnya dengan ayat atau surat yang sesudahnya yang terdapat pada tafsir Al-Misbah
[12] Contoh diatas adalah sebagaimana kami jejaskan bahwa ada perbedaan antara makna terjemah dengan penafsiran dengan menggunakan tulisan miring dan normal. Quraisy Shihab “Tafsir Al-Misbah”Lentera Hati Jakarta.hal  302
[13] Tafsir al-Misbah. Lentera Hati.Vol 12 hal.302-303
[14] Ibid hal.309-311
[15] op.cit
[16] ressay.wordpres.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar